Pekanbaru (ANTARA News) - Partai Golkar dan Partai Demokrat harus menerima hasil yang mengecewakan karena mayoritas pasangan calon kepala daerah yang diusung partai besar tersebut ternyata kalah bersaing di Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) serentak di Provinsi Riau.
Berdasarkan data penghitungan suara sementara yang dihimpun ANTARA, Minggu, hanya satu pasangan calon bupati yang diusung Partai Golkar berhasil unggul di Pemilukada yang digelar serentak di empat daerah. Pasangan tersebut adalah Yopi Arianto-Harman Harmaini yang terus memimpin di Kabupaten Indragiri Hulu dengan perolehan 32.857 suara atau 38,26 persen.
Sedangkan, calon yang diusung Golkar di Kabupaten Bengkalis yakni pasangan Zulfan Heri-Syahrin Yunan hanya berada di posisi ke-3 dengan 17.674 suara (8 persen). Kondisi serupa juga terjadi di Kabupaten Kepulauan Meranti, setelah pasangan Rosfian-M Adli juga berada di posisi tiga dengan 13.444 suara (15,86 persen).
Sementara itu, pasangan incumbent yang diusung Golkar dan Demokrat pada Pemilukada Kota Dumai, yakni Zulkifli AS-Sunaryo, masih berada di posisi ke-2 dengan perolehan 49.046 suara (46 persen).
Nasib Partai Demokrat lebih kurang beruntung karena calon yang diusung di Kabupaten Indragiri Hulu, yakni pasangan Tengku Razmara-Herawati, berada di posisi juru kunci dengan 14.867 suara (17,85 persen). Demokrat juga gagal di Bengkalis setelah pasangan Sulaiman Zakaria-Arwan Wahidin, yang sebelumnya sangat dijagokan banyak kalangan, ternyata secara mengejutkan masih tertinggal di posisi ke-dua dengan 96.592 suara (42 persen).
Calon dari Demokrat di Pemilukada Kepulauan Meranti, Said Hasyim-Tofikurrahman, juga harus berpuas diri dengan urutan kedua dengan 20.476 suara atau (24,16).
"Ini menunjukan masih ada kelemahan mesin politik partai dalam rekrutmen dan seleksi pasangan yang akan didukung dalam Pemilukada," kata pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Riau, Andi Yusran.
Kekalahan para calon yang diusung Golkar dan Demokrat sangat mengejutkan, namun ia melihat hal tersebut kemungkinan karena adanya perubahan budaya politik di tengah masyarakat. Para pemilih yang sebelumnya hanya menjadi pengikut, lanjutnya, kini sudah bisa menjadi penentu kemenangan calon kepala daerah.
"Masyarakat sekarang lebih melek berpolitik," ujarnya.
Ia berpendapat dua partai tersebut perlu belajar dari kekalahan mereka bahwa pasangan incumbent ataupun yang disangka populer belum tentu memenankan hati rakyat pada pemilu.
"Selain itu, partai seperti Golkar dan Demokrat seharusnya mulai berbenah diri dengan mengedepankan kader mereka sendiri yang memiliki nilai jual dan kapasitas," ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris DPD Partai Demokrat Riau, Sayeed Abu Bakar sempat mengatakan, kekalahan pasangan kepala daerah yang didukung Partai Demokrat itu di luar akal sehat.
"Awalnya kita optimistis Demokrat berhasil memenangkan pilkada ini. Terutama untuk Dumai dan Inhu yang mempunyai peluang cukup besar. Namun tak satupun yang berhasil dimenangkan. Ini di luar prediksi partai," ujarnya. (F012/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010