Bandung (ANTARA News) - "Solar panel" atau pembangkit listrik tenaga surya produksi dalam negeri semakin murah sehingga memungkinkan untuk dipergunakan lebih luas, kata Presiden Direktur PT Surya Energy Indonesia Nany Wardhani.
"Harga solar panel dan perangkat PLT Surya semakin murah karena penggunaan komponen lokal terus meningkat. Diharapkan ke depan bisa dipergunakan lebih luas lagi," katanya di Bandung, Minggu.
Ia menyebutkan, sebagian besar komponen pembuatan solar panel yang diproduksi oleh PT Surya Energy Indonesia (SEI), anak perusahaan PT Len Industries (Persero) Bandung, memang masih mengandalkan pasokan impor.
Namun seiring pengembangan teknologi dan pengembangan komponen lokal, maka penggunaan komponen lokal untuk pembangkit listrik tenaga surya itu makin meningkat dengan kualitas yang bagus.
Ia mengakui, selama ini kendala penggunaan solar panel di masyarakat terkendala harga yang dianggap terlalu mahal. Namun bila dilakukan penghitungan dengan biaya penggunaan BBM untuk listrik, maka biaya pemasangan solar panel akan sebanding bahkan dari sisi ekonomis bisa lebih murah.
"Fokus pemasaran untuk memenuhi kebutuhan listrik di kawasan yang belum tersentuh listrik, kawasan itu masih cukup besar, khususnya di luar Jawa," katanya.
Menurut Nany, selama ini sebagian besar penjualan solar panel masih mengandalkan anggaran dari APBN dan APBD daerah. Selain dalam program elektrifikasi daerah yang belum teraliri listrik, juga untuk memenuhi kebutuhan untuk menghidupkan sinyal jalur kereta api di Sumatra dan di beberapa daerah di Pulau Jawa.
PT SEI mulai tahun ini juga fokus untuk melakukan penjualan ke pihak swasta, salah satunya menyiapkan energi untuk menghidupkan BTS-BTS milik provider telekomunikasi di daerah yang belum tersentuh jaringan listrik PLN.
"Tahun ini sudah memulai dengan memasang solar panel di beberapa BTS rural milik Indosat, ke depan akan dilakukan kerjasama dengan provider telekomunikasi lainnya," katanya.
Presdir PT SEI itu menyebutkan, PT Len Industries sebagai perusahaan induk dari SEI telah berpengalaman memproduksi solar panel. Bahkan sempat mengekspor perangkat itu ke Republik Madagaskar dan Republik Zimbabwe.
Sedangkan untuk meningkatkan penggunaan PLT Surya, kata Nany Wardhani, PT SEI terus melakukan pengembangan untuk mencari solisi efesiensi penggunaan lahan untuk penempatan solar panel.
"Efektifnya penyerapan sinar ultra violet itu antara pukul 09.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB. Di Indonesia tak ada masalah karena sinar mataharinya normal. Energi tenaga matahari tidak ada dampak negatifnya terhadap lingkungan," kata Nany Wardhani.
Sementara itu Kepala Dinas ESDM Jawa Barat, Taher Sastradiningrat menyebutkan Pemprov Jawa Barat sudah beberapa tahun terakhir ini memanfaatkan energi solar panel untuk kebutuhan energi di kawasan yang belum teraliri listrik.
"Pemprov Jabar menganggarkan pembelian sonar panel Rp5 miliar hingga Rp10 miliar setiap tahunnya, ditambah pembelian solar panel dari anggaran pemerintah," kata Taher.
Ia menyebutkan, penempatan solar panel itu di daerah yang belum tersentuh listrik terutama di kawasan Jawa Barat bagian selatan.
Bahkan, di Kabupaten Sukabumi, pembangkit listrik tenaga surya mampu memenuhi kebutuhan 200 KK di kawasan itu dengan solar panel ukuran besar.
"Biayanya memang lebih mahal jadi fokusnya untuk daerah yang belum teraliri listrik," kata Taher menambahkan. (S033/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010