Purbalingga (ANTARA) - Bunyi berderit saat roda pesawat menyentuh landasan pacu memecah kesunyian pagi di Bandara Jenderal Besar (JB) Soedirman di Purbalingga, Jawa Tengah, pada penghujung Januari 2021.
Pesawat dengan jenis Beechcraft B200 King Air berwarna dasar putih dengan nuansa garis biru itu mendarat dengan mulus sekitar pukul 08.40 pagi. Sementara itu, sejauh mata memandang ada hamparan bukit dan pepohonan hijau yang membentang.
Setelah armada yang mengangkut rombongan dari Kementerian Perhubungan RI tersebut berhenti dengan sempurna, seluruh penumpang turun dan menginjakkan kaki di landasan pacu yang memiliki panjang 1.600 meter dan lebar 30 meter itu.
Pada saat itu, Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan RI Novie Riyanto yang memimpin rombongan menjelaskan bahwa pihaknya ingin meninjau perkembangan pembangunan Bandara JB Soedirman sekaligus melakukan uji coba landasan pacu.
Sejak diresmikan pembangunannya oleh Presiden Joko Widodo pada April 2018, pendaratan ini memang merupakan pendaratan perdana di landasan pacu Bandara JB Soedirman.
Pendaratan perdana tersebut ibarat bunyi gong yang menggema dengan indah mengabarkan mengenai kesiapan operasional bandara yang selama ini telah dinantikan oleh warga.
Percepatan operasional bandara memang terus dilakukan secara optimal. Direktur Utama Angkasa Pura 2 Muhammad Awaluddin mengatakan pihaknya menargetkan bandara akan mulai beroperasi secara komersial pada 22 April 2021.
Angkasa Pura 2 juga memastikan bahwa pada airside atau sisi udara Bandara JB Soedirman yang berhubungan dengan kegiatan lepas landas atau take off dan mendarat atau landing sudah siap 100 persen.
Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Airnav terkait dengan dukungan navigasi udara dan berkoordinasi dengan pihak maskapai serta berbagai pihak lainnya dalam kaitan dengan persiapan operasional bandara.
Semangat yang sama juga ditunjukkan oleh Pemerintah Kabupaten Purbalingga. Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi mengatakan pihaknya terus melakukan berbagai upaya untuk mendukung persiapan sarana dan prasana yang dibutuhkan terkait operasional bandara, mulai dari kebutuhan listrik, air bersih, rambu lalu lintas hingga jaringan internet dan komunikasi.
Pemkab Purbalingga juga secara gencar melakukan sosialisasi mengenai kesiapan operasional Bandara Jenderal Besar Soedirman melalui media sosial, media konvensional hingga melalui komunitas perantau.
Kobaran semangat itu bukan tanpa alasan. Bandara yang sebelumnya merupakan Pangkalan Udara TNI AU Wirasaba yang kemudian dikembangkan menjadi bandara komersial itu diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah Jawa Tengah bagian barat dan selatan.
Kehadiran bandara yang terletak di sebelah selatan Kabupaten Purbalingga, dengan jarak sekitar 11 kilometer dari pusat kota itu tentu tidak hanya dapat berkontribusi positif bagi Purbalingga, namun juga bagi kabupaten/kota lain di sekitarnya, seperti Banjarnegara, Kebumen, Banyumas, Pemalang, Tegal, Brebes dan Wonosobo.
Bandara ini juga diharapkan menjadi magnet investasi dan penggerak roda perekonomian di Purbalingga dan wilayah lain di sekitarnya serta memberikan dampak positif yang berganda bagi kawasan itu.
Magnet Investasi
Upaya peningkatan investasi memang sangat dibutuhkan untuk mendorong perekonomian di daerah, terutama di tengah potensi perlambatan akibat pandemi COVID-19.
Wajar saja bila timbul sebuah asa bahwa kehadiran bandara akan makin mendukung iklim investasi, sebut saja investasi di bidang properti, pariwisata hingga bisnis kuliner.
Sebagai contoh, kehadiran bandara tentu akan mendorong investor untuk membangun hotel di sekitar bandara, mendorong pengembang mendirikan perumahan yang lokasinya dekat dengan bandara, mendorong UMKM lokal untuk mendirikan warung sembako, warung makan, hingga pusat oleh-oleh.
Berbagai investasi, baik skala kecil hingga skala besar tentu akan berkontribusi pada perekonomian lokal dan pendapatan penduduk di wilayah sekitar.
Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Dra. Yusriyati Nur Farida MSi Ak optimistis bahwa investasi akan mengalami kemajuan signifikan dengan kehadiran bandara.
Kemajuan investasi, menurutnya, juga akan mempengaruhi penyerapan tenaga kerja, terutama dari kalangan penduduk lokal. Dengan demikian, kehadiran bandara juga diharapkan dapat menjadi solusi dalam menurunkan angka pengangguran.
Bahkan yang lebih spesifik lagi, kehadiran bandara juga dinilai akan membawa dampak yang sangat baik bagi perkembangan sektor pariwisata di daerah sekitar dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan domestik.
Namun tentu saja dibutuhkan berbagai persiapan untuk menyongsong operasional bandara agar dapat membawa manfaat sesuai dengan yang diharapkan.
Pengamat pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman Chusmeru mengatakan, dari sisi pariwisata, misalnya, harapan yang ditorehkan tersebut perlu diimbangi juga dengan kesiapan dan upaya untuk meningkatkan sarana dan infrastruktur penunjang pariwisata, salah satu contohnya adalah moda transportasi pendukung dari bandara menuju objek wisata.
Kehadiran bandara memang membuat wisatawan memiliki lebih banyak alternatif moda transportasi menuju objek wisata tujuan yang berlokasi di Purbalingga atau kabupaten lain di sekitarnya.
Namun perlu juga dipersiapkan moda transportasi pendukung dari bandara menuju tempat tujuan wisata agar dapat mendukung mobilitas wisatawan.
Selain itu dia juga menilai perlu adanya manajemen transportasi pendukung dari bandara ke objek wisata yang berlokasi di kabupaten-kabupaten lain di sekitarnya agar wisatawan dapat berpindah-pindah dengan leluasa dan merasa nyaman di perjalanan darat lanjutan.
Karena tanpa adanya manajemen transportasi yang baik, dikhawatirkan nantinya wisatawan hanya akan merasa cepat dan nyaman di perjalanan udara, tetapi justru merasa terlalu lama, membosankan dan tidak nyaman dalam perjalanan darat menuju objek wisata.
Di sinilah peran pemerintah daerah dalam menyiapkan manajemen transportasi dan sinergi antara satu wilayah dengan wilayah lainnya dalam rangka meningkatkan sarana dan infrastruktur penunjang pariwisata.
Selain itu kesiapan dalam penerapan protokol kesehatan berbasis cleanliness, health, safety and environmental sustainability (CHSE) atau kebersihan, kesehatan, keselamatan dan lingkungan yang berkelanjutan juga harus dipersiapkan.
Pasalnya saat ini masih dalam kondisi pandemi COVID-19, sehingga penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE masih harus menjadi perhatian utama.
Dengan berbagai upaya dan persiapan yang optimal, maka diharapkan tujuan-tujuan mulia pembangunan bandara akan menjadi kenyataan tidak sesuai dengan harapan.
Dengan kehadiran bandara maka akan banyak peluang yang dihadirkan, peluang untuk makin mempercepat gerak roda perekonomian lokal.
Sehingga persiapan-persiapan yang optimal diharapkan akan dapat menjadi jaring besar yang siap menangkap berbagai peluang yang ada, demi masyarakat yang lebih sejahtera.
Persiapan harus digesa, karena mungkin dalam waktu dekat masyarakat sekitar sudah bisa mendengar deru pesawat yang lepas landas, terbang jauh ke langit dan membawa serta sejuta harapan.
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021