Bengkalis (ANTARA News) - Puluhan warga yang tinggal di Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau, mengungsi ke tempat yang aman dari amukan gajah.

Kepada Desa Petani, Rianto, kepada ANTARA News di Bengkalis, Sabtu, mengatakan puluhan warga yang mengungsi tersebut kabanyakan yang rumahnya berada di jalur rutin lintasan hewan belalai itu.

"Mereka mengunsi sejak dua hingga tiga hari lalu, tepatnya setelah ada seorang warga yang tewas akibat terinjak-injak kawanan gajah," kata Rianto.

Seorang warga korban tewas tersebut dijelaskan Rianto bernama Suwanto. Pria berusia 32 yang juga warga Desa Petani itu ditemukan dengan kondisi yang mengenaskan karena bagian tubuh terlihat tidak utuh.

"Berdasarkan informasi warga, Suwanto ditemukan tewas pada Kamis pagi (3/6) sekitar pukul 09.30 WIB oleh warga yang sebelumnya bersama-samanya melakukan pengusiran terhadap kawanan gajah yang diperkirakan berjumlah 18 ekor yang tengah merusak perkebunan sawit dan palawija waktu itu," kata Kepala Desa.

Sejak peristiwa itu, kata Rianto, satu persatu warga kemudian memilih untuk mengunsi ke rumah kerabat dan saudaranya yang berada cukup jauh dari lintasan gajah-gajah itu.

Sejumlah warga mengatakan amukan gajah di daerah Desa Petani, Kecamatan Mandau, sudah beruang kali terjadi. Tidak hanya meluluhlantakan lahan pertanian, tetapi juga sudah merenggut sejumlah korban jiwa, termasuk Suwanto.

Seorang pemuka masyarakat di Desa Petani, Rahmadi (48), menjelaskan masyarakat yang berada di alur pergerakan kawanan gajah liar itu terus dihantui rasa ketakutan. Jika malam tiba, warga harus berjaga-jaga.

"Sejak ada korban yang mati kemarin, warga merasa ketakutan dan satu per satu pergi mengungsi ketempat aman," tuturnya.

Mereka yang mengungsi menurut Rahmadi kebanyakan yang tinggal di pondok-pondok pemukiman yang jaraknya tidak jauh dari kawasan hutan yang merupakan hunian gajah sumatera.

Sementara itu, Dirwan (33), seorang warga lainnya yang tinggal tak jauh dari lokasi tewasnya warga akibat diinjak gajah beberapa hari lalu mengaku sangat khawatir akan keselamatan keluarganya.

Untuk menghindari hal yuang tidak diinginkan, Dirwan memboyong anak dan istrinya ke rumah kerabat yang jauh dari hutan.

"Daripada terus-terusan diteror sama rasa takut, lebih baik saya mengungsi," katanya.
(T.KR-FZR/D007/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010