Baik gerilyawan Al-Shabaab maupun pemerintah Somalia dukungan Barat sama-sama mengklaim kemenangan dalam bentrokan itu, yang menewaskan sedikitnya 21 warga sipil dan sejumlah orang yang bertempur.
Mogadishu agak tenang setelah ofensif pemerintah diluncurkan Kamis untuk merebut kembali daerah-daerah strategis di ibukota Somalia itu, yang berubah menjadi kancah perang dan ditinggalkan oleh penduduknya.
Akses independen ke daerah-daerah yang diperebutkan menjadi sulit, namun penduduk yang dihubungi melalui telefon mengatakan bahwa gerilyawan Al-Shabaab menunjukkan mayat sejumlah prajurit, termasuk yang tewas dalam serangan terhadap kendaraan lapis baja milik misi Uni Afrika di Somalia (AMISOM).
"Saya melihat mayat seorang prajurit, namun saya tidak bisa mengidentifikasinya. Juga ada satu jasad lain yang kata mereka mayat hangus dari kendaran lapis baja pengangkut pasukan yang hancur itu," kata saksi Faisal Omar kepada AFP.
Juru bicara utama Al-Shabaab mengatakan, ofensif pemerintah telah dipatahkan.
"Musuh berusaha bergerak maju ke daerah-daerah yang kami kuasai, namun setelah mereka diberi pelajaran oleh mujahidin kami, maka mereka tidak akan pernah mencoba lagi," kata Sheikh Ali Mohamoud Rage.
"Hari ini kita semua bisa melihat korban-korban yang kami timbulkan pada mereka. Kami menghancurkan sebuah kendaraan lapis baja, yang menewaskan semua orang di dalamnya. Kami juga menahan sebuah buldoser milik AMISOM," kata Rage kepada wartawan.
Pasukan Uni Afrika mendukung pemerintah Somalia dalam perang melawan gerilyawan garis keras itu.
Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.
Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya, Hezb al-Islam, berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.
Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.
Reuters/M014
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010