Beijing (ANTARA News/Xinhua-OANA) - Banjir menewaskan 125 orang dan 34 orang lagi hilang di China dalam tahun ini, kata Dinas Penanggulangan Banjir dan Markas Besar Bantuan Darurat, Jumat.
Sebanyak 23 juta orang dan 1,55 juta hektare tanaman terkena dampak banjir, yang ditaksir menelan kerugian ekonomi senilai 16,9 miliar yuan (2,47 miliar dolar AS), kata Dinas Penanggulangan Banjir dalam satu pernyataan.
Korban tewas itu umumnya akibat tanah longsor di kawasan pegunungan disebabkan oleh hujan lebat, kata pernyataan tersebut.
Bencana alam terbaru itu terjadi di Wilayah Otonomi Guangxi Zhuang, tempat dilanda tanah longsor yang menewaskan 38 orang pada Kamis, menurut para pejabat.
Dinas Penanggulangan Banjir mengimbau pemerintah daerah untuk meningkatkan kewaspadaan dan persiapan darurat untuk mencegah banjir dan tanah longsor.
Banjir juga melanda tambang batubara di China utara dua pekan lalu, menewaskan 32 penambang.
Tambang itu mengalami banjir pada 28 Maret, dalam kecelakaan menelan banyak korban terakhir yang menghantam sektor pertambangan China yang tingkat keselamatannya dikenal paling berbahaya.
Banjir tersebut menjebak 153 pekerja di terowongan bawah tanah, namun 115 lainnya berhasil diselamatkan hidup-hidup.
Masalah keselamatan sebagian besar diabaikan oleh tambang-tambang China dalam kesibukannya memenuhi permintaan batubara yang terus meningkat. Batubara adalah sumber dari sekitar 70 persen energi di negara berpenduduk terbanyak di dunia itu.
Banjir ini adalah kecelakaan mematikan terbaru yang memalukan pemerintah, yang telah menanggapi seringnya bencana tambang dalam beberapa tahun terakhir ini dengan kampanye untuk memperbaiki keselamatan dan mengurangi bahaya tambang.
Lebih dari 2.600 pekerja tambang telah tewas di China pada tahun lalu, menurut data pemerintah.
Para aktivis buruh mengatakan, jumlah korban jiwa yang sebenarnya diduga jauh lebih banyak dari angka resmi pemerintah. (M043/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010