Yogyakarta (ANTARA News) - Muhammadiyah jangan sampai masuk ke politik praktis, tetapi harus ikut berjuang membersihkan politik dari praktik-praktik kotor, kata pengamat sosial politik dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Arie Sujito.

"Muhammadiyah jangan sampai beraviliasi dengan partai politik, tetapi harus membawa organisasi ini pada posisi netral di kancah politik nasional," katanya, Jumat, sehubungan dengan akan berlangsungnya Muktamar ke-46 Muhammadiyah, di Yogyakarta, 3-8 Juli 2010.

Dengan posisi seperti itu, menurut dia apabila ada kader yang ingin berkiprah di partai politik, maka indikatornya adalah nilai, bukan orangnya, karena ini merupakan jebakan yang dapat merugikan Muhammadiyah.

Ia mengatakan Muhammadiyah harus menjadi organisasi yang ikut membangun peradaban Bangsa Indonesia, bukan justru terjebak dalam kancah politik praktis.

"Muhammadiyah jangan sampai mengalami kemunduran karena hanya `direcoki` dan ditunggangi kepentingan politik dari berbagai pihak," katanya.

Arie mengatakan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah merupakan momentum untuk meninjau ulang posisi perjuangannya sebagai organisasi kemasyarakatan berbasis Islam.

"Posisi perjuangan Muhammadiyah perlu ditinjau dan dirumuskan ulang mengingat situasi politik penuh dengan intrik," katanya.

Itu artinya, menurut dia, Muhammadiyah bukan sekadar menjadi kekuatan besar yang "ditakuti", tetapi lebih pada peran sebagai penyebar nilai kebenaran, keadilan, dan kemanusiaan untuk mengubah pola pikir politik saat ini yang cenderung pragmatis.(*)
(U.V001/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010