Rupiah ditransaksikan pada kisaran 9.190/9.200 per dolar, menguat 15 poin dari posisi penutupan hari sebelumnya 9.205/9.215.
Setelah sempat "diam dan menyingkir" karena mengkhawatirkan efek kriris zona Eropa, investor asing kembali "bermain" di pasar domestik, namun mereka masih berhati-hati sehingga pergerakan rupiah masih "bermalas-malas", kata para dealer di Jakarta.
Menurut Direktur Retail Banking Bank Mega Kostaman Thayib, pelaku asing masih mengamati perkembangan pasar lebih dahulu, meski investasi mereka mulai dialihkan ke pasar Asia khususnya Indonesia.
Menurut Kostaman, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai enam persen selama enam bulan ke depan akan memicu pelaku asing untuk segera menempatkan dananya di pasar domestik.
Ekonomi Indonesia dalam enam bulan kedepan akan tumbuh enam persen sebagaimana yang dilaporkan lembaga riset Danareksa sehingga menarik pelaku asing lebih cenderung ke pasar domestik ketimbang pasar lainnya, katanya.
Kenaikan rupiah itu, lanjut dia juga karena Bank Indonesia (BI) yang masih mempertahankan suku bunga acuannya (BI Rate) yang mencapai 6,5 persen, meski laju inflasi Mei 2010 cenderung rendah sekitar 0,29 persen.
BI memang mempertahankan bunga acuannya untuk menjaga pertumbuhan ekonomi nasional tetap tumbuh, ucapnya.
Ia mengatakan, rupiah juga masih berpeluang untuk menguat lagi, apabila pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik (TDL)
Kenaikan harga bahan bakar minyak dan TDL akan memicu suku bunga acuan BI bergerak naik yang semula 6,5 persen menjadi tujuh persen pada akhir tahun ini.
Kenaikan BI Rate (bunga acuan BI) akan lebih menarik investor asing lebih aktif bermain di pasar saham maupun pasar uang, tuturnya.
(T.H-CS/A011/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010