Jakarta (ANTARAsNews) - Peristiwa ledakan di gudang detonator milik PT Pindad (BUMN penghasil senjata) di Malang, Rabu siang (2/6) yang menyebabkan tiga orang tewas, menimbulkan pertanyaan anggota DPR RI.
"Perihal ledakan itu, memang kami belum mendapat informasi jelas. Tetapi, semestinya detonator kan hanya alat pemicu, bukan bahan peledaknya. Makanya aneh juga jika barang itu meledak. Ada apa ini," tanya anggota DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Fayakhun Andriadi, di Jakarta, Kamis malam.
Sebagai pemicu (peledak) yang besarnya hanya sekitar `dua jari tangan`, tentu perlu dipertanyakan, kenapa bisa meledak hebat.
"Pertanyaan berikutnya, kenapa di ruangan detonator yang khabarnya berisi 7.500 detonator lebih itu, ada bahan peledak. Dan (mestinya) kalau detonator tidak disambung ke peledak, kan tidak mungkin barang ini meledak," ungkap mantan anggota Komisi I DPR RI (bidang pertahanan keamanan) ini yang sejak pekan lalu beralih ke Komisi XI (bidang keuangan dan perbankan).
Melihat kinerja positif PT Pindad sejak dipimpin Direktur Utama (Dirut)-nya, Adik Avianto Sudarsono, menurutnya, selama ini BUMN strategis penghasil alat utama sistem persenjataan (Alutsista) Indonesia tersebut terkesan sangat bagus.
"Kinerja mereka positif, terutama dalam mengembangkan PT Pindad menuju ke swasembada Alutsista tertentu. Makanya kita semua perlu mewaspadai kemungkinan adanya motif-motif lain di belakang terjadinya hal ini (ledakan). Selama ini Komisi I DPR RI mendukung kinerja PT Pindad di bawah kepemimpinan saudara Adik tersebut," ujar Fayakhun Andriadi lagi.
Sebelumnya, Anggota Komisi I DPR RI, Paskalis Kossay, sangat menyayangkan terjadinya ledakan yang mengakibatkan tiga orang tewas di gedung produksi detonator milik PT Pindad di Malang, Jawa Timur.
"Kami akan memanggil Menteri Pertahanan (Menhan), Panglima TNI dan Manajemen PT Pindad untuk meminta keterangan terkait dengan peristiwa tragis itu," katanya kepada ANTARA, Kamis.
Peristiwa ledakan di gedung PT Pindad (salah satu BUMN Strategis atau BUMNis di bawah Kemenhan) ini, menurutnya, benar-benar sangat mengecewakan, karena bisa mengesankan adanya ketidakdisiplinan serta ketidakprofesionalan manajemen.
"Mestinya kan perusahaan pembuat senjata dan beragam amunisi itu perlu SOP yang sangat ketat dalam pelaksanaan. Ini benar-benar patut disayangkan," katanya lagi.
Sementara itu, dari Malang wartawan ANTARA melaporkan, Rabu malam, korban tewas akibat ledakan di PT Pindad yang berlokasi di Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu sekitar pukul 13.45 WIB bertambah menjadi tiga orang.
Sebelumnya korban yang meninggal akibat ledakan tersebut hanya satu orang, yakni Tri Nurhuda (27), warga Kecamatan Turen, Kabupaten Malang.
Dua korban yang mengalami luka berat, yakni Muchlis Usman (22), warga Curungrejo, Kecamatan Kepanjen dan Sandi (22) menghembuskan nafas terakhir di RSSA Malang sekitar pukul 18.30 WIB.
Muchlis Usman dan Sandi masuk IRD RSSA Malang sekitar pukul 14.30 WIB setelah dirujuk dari RS Panti Nirmala dan RKZ. Namun karena kondisinya kritis, nyawa keduanya tidak tertolong.
Hingga Rabu petang, jenazah ketiga korban ledakan itu masih berada di kamar mayat RSSA Malang untuk diotopsi.
Ledakan tersebut juga mengakibatkan tiga orang lainnya mengalami luka ringan. Mereka sudah ditangani di Poli Kesehatan PT Pindad dan kondisinya tidak mengkhawatirkan.
Ledakan tersebut juga menghancurkan bangunan gedung produksi detonator itu.(*)
(M036/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010