Dulu CFO hanya dikenal sebagai orang yang tukang catat. Namun saat ini peran CFO harus mampu menjadi value drivers," ujar Wamen

Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri (Wamen) BUMN Pahala Mansury mengungkapkan transformasi peran dan tantangan pemimpin keuangan dalam perusahaan atau Chief Financial Officer (CFO) di tengah ketidakpastian kala pandemi COVID-19 melanda dunia, termasuk Indonesia.

"Tantangan utama yang dihadapi CFO saat ini berbeda sekali dengan masa-masa sebelumnya," kata Wamen BUMN Pahala Mansury pada Webinar “Breakthrough Speed for Breakout Value” secara virtual di Jakarta, Kamis.

Ia menyebut ada enam tantangan yang dihadapi CFO saat ini yaitu pertama adaptasi akan kebutuhan bisnis baru yang berubah secara digital. Kedua, ketidakjelasan need for-change atau melakukan prioritas untuk keuangan masa depan. Ketiga, insufficient atau ineffective performance management.

Baca juga: Kawasan wisata Bakauheni akan dibangun "Krakatau Park"

Tantangan keempat, dampak tidak jelas dari peluang digital dan IT legacy. Kelima, finance cost down namun higher effectiveness, dan keenam kebutuhan NewCo business atau not integrated acquisitions.

"Dulu CFO hanya dikenal sebagai orang yang tukang catat. Namun saat ini peran CFO harus mampu menjadi value drivers," ujar mantan Direktur Keuangan Pertamina itu pada webinar yang diselenggarakan SWA Media Group dan Accenture.

Sementara itu survei konsultan global Accenture seperti yang dipaparkan Managing Director Accenture-CF & EV Lead for Southeast Asia, Raghvendra Singh,
menunjukkan saat ini peran CFO semakin penting dalam keberlanjutan bisnis perusahaan yang lebih cepat.

Baca juga: Wamen BUMN sebut pemulihan ekonomi bergantung pada kebijakan terobosan

Survei global yang dilakukan terhadap lebih dari 1.300 eksekutif senior keuangan di seluruh dunia pada April dan Juni 2020 menunjukkan bahwa CFO yang mampu mewujudkan sepenuhnya peran baru mereka akan mampu menggandakan nilai EBITDA CAGR dari 3,8 persen menjadi 6,9 persen. Selain itu mereka juga dapat meningkatkan pendapatan CAGR (rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan perusahaan) dari 2,7 persen menjadi 3,0 persen.

Temuan menarik lainnya dari survei ini adalah 86 persen CFO telah meningkatkan strategi kolaborasi dengan mitra eksekutif yang berada di C level (C-suite) dan 72 persen dari CFO memiliki keputusan akhir tentang arah teknologi dari perusahaan mereka.

Sementara survei Accenture dan SWA Media Group SWA terhadap 60 CFO dan pemimpin keuangan dari 54 perusahaan di 13 industri di Indonesia pada November-Desember 2020 menunjukkan bahwa 48 persen tugas keuangan tradisional telah terotomisasi, dari yang sebelumnya hanya 34 persen di 2018. Ini menunjukkan bahwa kini tekonologi ikut berperan penting dalam proses keuangan perusahaan.

Baca juga: Wamen BUMN: Kemitraan BUMN dan UMKM penting dalam pemulihan ekonomi

Fakta lainnya ternyata 37 persen CFO di Indonesia memiliki bakat dan kepiawaian dalam berkolaborasi. Yang menarik, lebih dari separuh atau 58 persen CFO di Indonesia telah merevisi strategi perusahaan secara holistik. Sayangnya, hanya 17 persen profesional keuangan di Indonesia yang ikut terlibat dalam mengelola risiko yang terjadi di dunia maya.

“Kami dari SWA senang sekali bisa ikut ambil bagian dalam program survei terhadap para CFO di berbagai negara termasuk Indonesia yang diselenggarakan oleh Accenture. Dengan survei ini, kita bisa mengetahui seberapa cepat para CFO perusahaan-perusahaan besar di berbagai negara termasuk Indonesia data melakukan sejumlah terobosan untuk memberikan nilai tambah bagi perusahaan dan ekosistemnya,” ujar Group Chief Editor SWA Media" Kemal Gani.

Hadir sebagai pembicara webinar itu juga Direktur Keuangan PT Bank Central Asia Tbk Vera Eve Lim dan Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero) Emma Sri Martini yang memaparkan pengalamannya bagaimana perubahan peran CFO di perusahaannya masing-masing dalam menghadapi era digital dan dampak pandemi Covid-19.

Baca juga: Wamen BUMN sebut baterai listrik jadi industri masa depan

Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2021