Jakarta (ANTARA News) - Israel telah mendeportasi lebih dari 120 aktivis asing yang ditahan setelah serangan mematikan di sebuah armada bantuan yang mencoba mendobrak blokade atas Gaza.

Para aktivis dibawa ke Yordania. Dan 506 orang lainnya, kebanyakan dari mereka warga Turki, dijadwalkan akan dideportasi segera, media Inggris melaporkan, Rabu.

Sembilan aktivis, empat di antaranya Turki, meninggal dunia ketika pasukan Israel naik ke enam-kapal konvoi bantuan hingga terjadi insiden pada Senin pagi.

Parlemen Turki telah menyerukan peninjauan kembali hubungan dengan Israel.

Deklarasi yang disahkan oleh anggota parlemen juga menyerukan Israel untuk membuat permintaan maaf secara resmi dan membayar kompensasi kepada korban.

Beberapa anggota parlemen dari Partai Keadilan dan Pembangunan menginginkan pernyataan lebih ketat, menyerukan pembekuan hubungan militer substansial dan komersial dengan Israel, seorang wartawan BBC melaporkan dari Istanbul.

Ada banyak yang dipertaruhkan untuk kedua negara, kata wartawan itu. Perdagangan bernilai lebih dari 3 miliar (2 miliar euro) setahun dan ada puluhan usaha patungan antara perusahaan Turki dan Israel.

Semua dari 610 pengunjukrasa yang awalnya ditahan di sana, sekarang telah meninggalkan penjara Bersyeba Israel di Negev Desert.

Mereka dibawa keluar dengan bus, muncul dari gerbang penjara di bawah sinar matahari cerah dan panas 40C. Beberapa menggedor jendela bus sembari berteriak "Bebaskan Palestina!"

Sebagian besar yang dibebaskan langsung dibawa ke bandara Tel Aviv untuk dideportasi.

Tidak ada yang diizinkan berbicara kepada media saat di Israel.

Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan menuduh Israel mengawali sebuah pembantaian "berdarah" hingga kematian, yang semuanya dianggap telah terjadi pada Marmara Mavi berbendera Turki.

Identitas para aktivis non-Turki yang tewas dalam serangan itu belum diketahui.

Ankara menarik duta besarnya untuk Israel pada hari Senin, sementara laporan media Israel mengatakan keluarga diplomat Israel di Turki telah diperintahkan untuk meninggalkan negara itu.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak mengucapkan terima kasih kepada pasukan yang terlibat dalam serangan itu ketika ia mengunjungi mereka di markas mereka di Atlit.

"Kita perlu selalu ingat bahwa kita bukan Amerika Utara atau Eropa Barat, kita hidup di Timur Tengah, di tempat di mana tidak ada rahmat bagi orang yang lemah dan tidak ada kesempatan kedua bagi mereka yang tidak membela diri, katanya dikutip oleh surat kabar Haaretz.

"Kau berjuang untuk hidupmu - saya melihatnya, dan aku mendengar dari komandan kalian."

Nyanyian Perayaan


Sekitar 120 aktivis pro-Palestina tiba di Yordania melalui persimpangan Allenby persimpangan pada Rabu pagi.

Mereka datang dari Arab dan negara muslim lainnya yang kebanyakan tanpa hubungan diplomatik dengan Israel, seperti Malaysia, Indonesia, Bahrain, Kuwait dan Pakistan.

Mereka disambut oleh kerumunan simpatisan, yang bersorak dan bernyanyi dalam perayaan setelah menunggu 10-jam di sisi perbatasan Yordania, kata laporan wartawan BBC di perbatasan.

Seorang dokter Malaysia yang menyebut dirinya bernama Muhammad mengatakan, 16 orang tewas dan ia mengaku telah menyaksikan empat kematian. Ia mengatakan Israel awalnya menggunakan peluru karet, sebelum kemudian menggunakan amunisi aktif.

Para aktivis sekarang pergi ke Amman, tempat bagi mereka untuk bertolak melakukan perjalanan ke negara masing-masing.

Lebih dari 300 aktivis diambil dari penjara Bersyeba dengan bus ke bandara Ben Gurion di Tel Aviv akan diterbangkan keluar dari Israel, kata Menteri Dalam Negeri Israel.

Hanya sejumlah kecil orang-orang Arab Israel di armada bantuan sekarang akan menghadapi dakwaan di pengadilan, para pejabat Israel mengatakan.

Pemerintah Israel jelas berharap bahwa melepaskan para aktivis akan meringankan sebagian dari tekanan internasional.

Israel telah menangkap 682 orang dengan kapal. Sekitar 50 aktivis dideportasi lebih awal pada Selasa.

(ANT/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010