Ankara (ANTARA News/AFP) - Israel berisiko kehilangan Turki, "teman tunggalnya" di Timur Tengah, setelah penyergapan berdarah oleh negara itu atas kapal bantuan kemanusiaan, kata Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan kepada Presiden Amerika Serikat Barack Obama, menurut kantornya, Rabu.
"Israel berhadapan dengan bahaya kehilangan teman satu-satunya di kawasan ini dan penyumbang terbesarnya sejauh ini pada perdamaian kawasan," kata pernyataan itu mengutip perkataan Erdogan dalam pembicaraan teleponnya dengan Presiden AS Barack Obama selama satu jam mengenai penyergapan Israel atas sejumlah kapal pembawa bantuan kemanusiaan ke Gaza di perairan internasional, yang mengakibatkan sejumlah korban tewas dari kalangan sipil.
"Langkah yang diambil oleh Israel dalam beberapa hari mendatang akan menunjukkan posisinya di kawasan," kata Erdogan.
Dia memberitahu Obama bahwa Operasi Senin itu yang dilakukan Israel pada armada internasional yang membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza, yang mengakibatkan sembilan orang tewas, "tidak dapat diterima hukum", kata pernyataan itu.
Erdogan menekankan bahwa blokade Israel pada Gaza, yang dilakukan sejak 2007, seharusnya dicabut dan dia menyeru Israel untuk membebaskan para penumpang dan kapal-kapal tersebut.
Sebagian besar insiden berdarah terjadi dalam sebuah kapal berbedara Turki yang membawa ratusan aktivis pro-Palestina. Sedikitnya empat orang warga Turki termasuk diantara korban yang tewas.
Turki segera memanggil duta besarnya dari Tel Aviv dan menghapus rencana untuk melakukan latihan militer bersama dengan negara yahudi itu.
Pada Selasa, Erdogan yang marah mendesak penjatuhan sanksi internasional terhadap Israel, menyebut penyergapan itu sebagai "pembunuhan berdarah" dan mengutuk negara yahudi itu sebagai "luka berdarah di Timur Tengah yang menyebarkan kebencian dan permusuhan, membahayakan perdamaian kawasan dan menyebarkan ketidakstabilan."
Turki yang mayoritas berpenduduk muslim menjadi pimpinan sekutu kawasan Israel ketika keduanya menandatangani kesepakatan kerjasama militer pada 1996. Namun hubungn itu telah memburuk sejak perang menghancurkan yang dilakukan Israel atas Gaza tahun lalu memperoleh kritik dari pemerintahan Erdogan.(*)
(Uu.G003/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010