Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 25 pakar gempa seluruh Indonesia akan membahas upaya mitigasi, adaptasi dan antisipasi bencana gempa bumi yang semakin kerap terjadi di seluruh wilayah Indonesia, Kamis (3/6) di Istana Presiden, Jakarta.

Mereka akan berbicara dalam Diskusi Nasional Pakar Gempa dengan topik "Link and Match Usaha Pengkajian dan Mitigasi Bencana Gempa Bumi" diprakarsai Kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, sebagai upaya awal kampanye pengarusutamaan sadar gempa.

"Sudah seharusnya publik didorong untuk memiliki kesadaran kebencanaan yang tinggi," kata Asisten Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Erick Ridzky di Jakarta, Rabu.

Dikatakannya, selama Januari - Mei 2010 tercatat lebih dari 2.500 kali gempa dengan magnitudo 5 hingga 7,6 skala richter, yang tersebar di zona patahan aktif di sepanjang bagian barat Sumatera, selatan Pulau Jawa, NTB, NTT, Selat Sulawesi, dan wilayah timur Indonesia.

Selain bertujuan menghasilkan rekomendasi dalam hal mitigasi, adaptasi, dan antisipasi gempa, diskusi itu juga diharapkan mendorong dimasukkannya materi mitigasi kebencanaan pada kurikulum pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tinggi.

Sektor pendidikan, kata Erick, akan didorong untuk memperbanyak kajian kegempaan, mengembangkan teknologi, dan menjadi motor penggerak dalam pengarusutamaan sadar bencana.

"Kita juga ingin memberikan `warning` pada seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan tata ruang mengenai potensi gempa di setiap wilayah, sehingga mereka dapat mengembangkan tata ruang sesuai dengan peta gempa yang ada," katanya.

Pakar gempa yang akan hadir dalam diskusi itu antara lain Dr Danny Hilman (LIPI), Dr Wahyu Triyoso (ITB), Dr Dwikorita Ratnawati (UGM), serta puluhan pakar dengan beragam latar belakang keilmuan yang terkait gempa dari perguruan tinggi, lembaga riset, serta kementerian dan lembaga pemerintahan.

Menurut Erick, hasil diskusi juga akan disosialisasikan kepada publik dalam waktu dekat.(*)

(S024/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010