Surabaya (ANTARA News) - Ketua Komnas Perlindungan Anak, Seto Mulyadi, mengingatkan seluruh orangtua untuk tidak memaksa anaknya terus belajar dan kehilangan kesempatan bermain bagi anak bisa memicu ia mudah stres.
"Tanda-tandanya, anak-anak menjadi nggak suka makan atau bahkan berperilaku menyimpang seperti merokok," kata pemerhati anak yang akrab dipanggil Kak Seto itu di Surabaya, Rabu.
Sebagai bentuk perhatian terhadap anak, kata Kak Seto, pada Hari Anak Internasional setiap tanggal 1 Juni perlu disikapi dengan tekad untuk menyediakan taman bermain di mana-mana.
"Saya setuju kalau mahasiswa merancang playhouse yang bisa dipindahkan dengan sistem bongkar pasang, dan cocok untuk gang yang sempit di kampung-kampung. Masyarakat menengah ke bawah membutuhkan tempat bermain yang tidak mahal," paparnya.
Di Jepang atau Korea, ungkapnya, kantor-kantor sudah menyediakan tempat bermain bagi anak-anak yang mengikuti orangtua bekerja.
"Pemenuhan hak bermain itu bagus, karena anak-anak akan lebih bahagia, lebih kreatif, dan saat dewasa kelak tidak akan mempermainkan rakyat," tandasnya.
Ia mengaku anak-anak sebenarnya membutuhkan lapangan rumput yang lebih luas, tapi taman bermain seadanya juga cukup dibandingkan dengan tidak ada sama sekali.
"Masalahnya, ada taman bermain yang masih membahayakan anak-anak, seperti ada besi yang tajam, cat yang beracun, dan tempatnya tidak bersih," kilahnya.
Di sela waktunya menjadi juri lomba desain ruang bermain anak di Universitas Kristen Petra (UKP) Surabaya (12/4/2010), Kak Seto juga mengingatkan semua orangtua bahwa hak bermain bagi anak penting untuk menumbuhkan kreatifitas moral atau budaya dalam mengendalikan emosi lebih positif.
(T.E011/D009/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010
klo si anak dipaksakan bgtu akan berakibatkan pada masa depannya, tapi klo dibiarkan main terus juga akan membuat nilainya jadi turun, lalu kalau begitu bagaiman pak seto????