Burung yang berwarna cerah tersebut memperlihatkan tanda klasik mabuk; kehilangan semua koordinasi dan pingsan, lalu gemetar di dalam kandang saat burung itu pulih dari "kondisi teler", sebagaimana dikutip dari AFP.
"Semua hewan tersebut jelas kelihatan mabuk," kata Lisa Hansen, ahli bedah hewan di Ark Animal Hospital di Palmerston, dekat Darwin.
"Mereka jatuh dari pohon ... dan semua hewan itu tak terkoordinasi sebagaimana hewan normal. Mereka harus melompat dan tak mencapai tempat yang lebih tinggi," katanya.
Lisa mengatakan tak seorang pun dapat memastikan apa yang menyebabkan gejala tersebut, meskipun penyebabnya mungkin adalah tanaman yang mereka makan. Teori lain meliputi adanya penyebaran virus misterius.
Ia mengatakan rumah sakit itu, yang sedang mengupayakan sumbangan, merawat sebanyak 30 burung dalam satu masa, dan delapan burung dibawa ke sana setiap hari setelah hewan tersebut diambil dari lapangan dan pinggir jalan.
Burung itu diberi bubur manis dan buah segar --makanan yang biasa diberikan buat unggas.
"Itu barangkali sama dengan es krim dan kaleng coke buat burung kakak tua," kata Lisa pada Rabu.
"Hewan tersebut bertengger di lantai kandang dan kepalanya tergeletak, atau badannya melingkar di pojok serta bersembunyi di bawah kertas dan "tak peduli dengan keadaan dunia".
Lisa mengatakan burung kakak tua "mabuk" pernah terlihat di Palmerston, tapi jumlahnya tak sebanyak saat ini. Ditambahkannya, burung itu mati tanpa perawatan yang memadai.
(C003/A024)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010