Hasil produksi cabai merah petani di Pulau Setokok meningkat 9 persen, dari rata-rata 18 ton per hektare menjadi 20 ton per hektare dengan menggunakan teknologi Proliga yang didukung Bank Indonesia.
"Ini ujicoba di lahan seluas satu hektare dan hasilnya memang sudah bisa dilihat. Dari biasanya menggunakan teknik lama satu hektare dapat 18 ton, dengan Proliga menaikkan 9 persen menjadi 20 ton," kata Kepala Perwakilan BI Kepri Musni Hardi K Atmaja, di Pekanbaru, Kamis.
Penerapan teknologi Proliga pada Kelompok Tani Maju Mandiri Setokok merupakan sinergi BI Perwakilan Kepri bersama Dinas Ketahanan Pagan dan Pertanian Kota Batam serta Badan Pengakajian Teknologi Pertanian.
Ia mengatakan BI Kepri sengaja memilih mendukung produksi cabai karena komoditas itu berkontribusi besar terhadap inflasi di Kota Batam.
"Kita coba tingkatkan produksi cabai di Kota Batam supaya bisa membantu mengurangi tekanan inflasi dari cabai," kata dia.
Dalam kesempatan itu ia berharap keberhasilanasilan penerapan teknologi Proliga di Pulau Setokok dapat ditiru kelompok tani daerah lain.
BI memberikan ruang berbagi informasi dan pengalaman terkait keberhasilan Proliga terhadap kelompok tani lain.
"Ini nanti diperluas, ada dari Nongsa, dan tempat lain," kata dia.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Batam Mardanis mengatakan penanaman cabai di Pulau Setokok merupakan upaya strategis untuk meningkatkan produksi pangan
Ia mengatakan, berkat produksi cabai merah dan cabai hijau lokal, maka harga bahan pokok strategis itu mampu ditekan, hingga kenaikan harganya tidak signifikan.
"Dulu sebelum produksi, harganya tembus Rp40 ribu, sekarang tidak sampai," kata dia.
Pewarta: Yuniati Jannatun Naim
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021