"RT LAMP Saliva ini bisa menjawab tantangan akan keterbatasan laboratorium kita yang mungkin tidak semua daerah bisa mempunyai fasilitas ini (RT PCR). RT LAMP Saliva ini sendiri harapannya bisa membuat masyarakat mau untuk diperiksa, nyaman, praktis, cepat dan ekonomis, selain tentunya tingkat akurasi tinggi,” kata Menristek//Kepala Badan Riset dan Nasional (BRIN) Bambang dalam seminar virtual (webinar) Ristek/BRIN Kalbe Science Awards 2021 "Saliva RT LAMP Covid-19: Deteksi Nyaman dengan Air Liur", Jakarta, Kamis.
Perangkat tes itu memiliki sensitivitas 94 persen dan spesifitas 98 persen sehingga akurat dalam menentukan seseorang positif atau negatif COVID-19. RT LAMP menawarkan keunggulan nyaman, praktis, akurasi tinggi, cepat dan ekonomis dengan hasil pemeriksaan yang bisa diperoleh dalam kurun waktu 1,5 jam.
Alat diagnostik COVID-19 itu dapat mendeteksi secara spesifik asam nukleat yang merupakan material genetik dari virus SARS CoV-2 penyebab COVID-19.
Baca juga: Karyawan rumah sakit Kudus jalani tes bebas COVID-19 secara periodik
Baca juga: Anies lakukan tes kelayakan vaksin setelah 28 Maret 2021
RT LAMP Saliva merupakan hasil pengembangan dalam negeri unit riset dan pengembangan PT Kalbe Farma yaitu Stem CelI and Cancer Institute (SCI) dan telah melalui uji performa analitik dan klinis di dalam negeri. RT LAMP Saliva telah diluncurkan oleh Kalbe pada 19 Maret 2020.
Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek)/BRIN siap mendukung segala inovasi yang berasal dari berbagai pihak di Indonesia, termasuk dari luar pemerintah ataupun perguruan tinggi.
Presiden Komisaris PT Kalbe Farma Tbk Irawati Setiady menuturkan inovasi RT LAMP Saliva merupakan salah satu bentuk komitmen pihaknya untuk mendukung pemerintah dalam mewujudkan kemandirian dan daya saing industri kesehatan di dalam negeri.
Dia berharap dengan inovasi tersebut, maka dapat membantu percepatan pemeriksaan COVID-19 dalam upaya bangsa menanggulangi pandemi itu.
"Tes pemeriksaan COVID-19 melalui metode RT Lamp Saliva ini berguna untuk percepatan melakukan penelusuran (tracing) dan pengujian (testing) (pengujian) serta dapat menjangkau masyarakat yang tinggal di daerah-daerah dengan minim infrastruktur laboratorium," ujarnya.*
Baca juga: Ridwan Kamil sampaikan pengalamannya menjalani hampir 20 kali tes PCR
Baca juga: Tes COVID-19 kini bisa lewat air liur
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021