Dalam rangkaian acara Musyawarah Daerah (Musda) XIV Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Badan Pengurus Daerah (BPD) Jawa Timur yang digelar di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (24/3), Bahlil menjelaskan investasi kilang itu terhambat karena pembebasan lahan seluas 800 hektare yang tidak terselesaikan.
"Terpaksa saya datangi dengan cara HIPMI. Saya datangi Tuban, pakai sarung, minum kopi, tidak pakai protokol. Kita selesaikan. Makanya ada desa miliuner itu. Itu akibat dari bayar tanah. Bukan ganti rugi tapi ganti untung. Itu transparan dan kita awasi. Dan menyelesaikan urusan tanah di Indonesia, kampusnya di HIPMI," katanya dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Bahlil yang juga Ketua Umum HIPMI periode 2015-2019 itu meyakini bahwa mendatangkan industri besar menjadi salah satu cara memajukan Jawa Timur. Masuknya investasi besar seperti Pertamina-Rosneft dinilai akan dapat menciptakan lapangan kerja dan memberikan dampak ganda ke daerah di sekitarnya.
Bahlil mengungkapkan dalam kondisi pandemi COVID-19 saat ini, realisasi investasi di provinsi Jawa Timur sepanjang tahun 2020 lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yaitu mencapai Rp78,4 triliun.
"Artinya sekalipun terjadi pandemi COVID, tapi realisasi investasi Jawa Timur itu lebih tinggi ketimbang tidak pandemi. Ini kondisinya," katanya.
Bahlil menambahkan bahwa realisasi investasi terbesar di provinsi Jawa Timur selama periode 2016-2020 disumbang oleh Kabupaten Gresik (Rp70,4 triliun), Kota Surabaya (Rp64,0 triliun), Kabupaten Pasuruan (Rp48 triliun), dan Kabupaten Sidoarjo (Rp30,4 triliun).
“Secara kebetulan, Bupatinya ini kader HIPMI, baik Bupati Gresik maupun Bupati Sidoarjo. Walikotanya juga adalah anak muda. Saya punya keyakinan ke depan, Jawa Timur itu akan betul-betul ditopang oleh tiga daerah ini," ucap Bahlil.
Dalam periode lima tahun terakhir (2016-2020), total realisasi investasi di Provinsi Jawa Timur mencapai Rp328 triliun.
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021