Dublin/Yerusalem (ANTARA News/Reuters) - Kegagalan enam kapal misi kemanusiaan mancanegara mencapai Gaza akibat serangan brutal Israel hari Senin (31/5) tidak menyurutkan semangat para aktivis.
Mereka berjanji untuk kembali mencoba menembus blokade Israel terhadap Gaza dengan memberangkatkan MV Rachel Corrie, kapal dagang yang dibeli para aktivis pro-Palestina.
Pihak penyelenggara misi mengatakan, Selasa, bahwa kapal yang menyandang nama aktivis perempuan Amerika yang tewas di Jalur Gaza pada 2003 itu sudah diberangkatkan dari Malta, Senin.
Tekad para aktivis itu ditanggapi seorang pejabat Israel dengan mengatakan bahwa pihaknya akan menghambat misi kapal tersebut.
Kondisi ini kembali memunculkan konfrontasi baru setelah insiden Senin berdarah.
"Kami berinisiatif mendobrak blokade Israel kepada satu setengah juta orang warga Gaza. Misi kami tidak berubah dan ini menjadi misi `flotilla` terakhir," kata Greta Berlin, aktivis Gerakan Pembebasan Gaza yang berbasis di Siprus ini.
Perdana Menteri Irlandia Brian Cowen menggambarkan MV Rachel Corrie sebagai kapal milik Irlandia. Kapal itu patut diizinkan untuk merampungkan misinya.
Di atas kapal itu, terdapat 15 orang aktivis, termasuk seorang pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Irlandia Utara.
"Pemerintah (Irlandia) sudah resmi meminta Pemerintah Israel agar mengizinkan kapal milik Irlandia merampungkan perjalanannya dan menurunkan pasokan bantuan kemanusiaannya di Gaza," kata Cowen kepada parlemen di Dublin.
Seorang perwira AL Israel berpangkat letnan mengatakan kepada Stasiun Radio Angkatan Darat Israel bahwa unitnya siap menghentikan kapal Irlandia itu.
"Sebagai satu unit, kami sedang mempelajari, dan kami akan melakukan investigasi secara profesional untuk mencapai kesimpulan," katanya.
Dalam penyerangan terhadap konvoi enam kapal misi kemanusiaan ke Gaza hari Senin, perwira Israel berpangkat letnan ini mengatakan, unitnya menembak mati sembilan orang aktivis di kapal feri Turki.
"Kami juga siap (melakukan hal yang sama) terhadap Kapal Rachel Corrie," katanya.
Di antara para penumpang MV Rachel Corrie itu adalah Pemenang Nobel Perdamaian Irlandia Utara Mairead Corrigan-Maguire, mantan diplomat senior PBB asal Irlandia, Denis Halliday, dan beberapa warga Irlandia lainnya.
Menlu Irlandia Micheal Martin menyampaikan kepada parlemen bahwa dia sudah berbicara dengan Halliday, Selasa sore.
"Kami akan memantau situasi ini dari dekat, seperti yang juga dilakukan masyarakat dunia. Israel harus menghindari aksi apapun yang (dapat) menyulut pertumpahan darah lebih lanjut," kata Martin.
Radio Angkatan Darat Israel melaporkan kapal MV Rachel Corrie diperkirakan tiba di perairan Gaza, Rabu.
Namun Greta Berlin, aktivis Gerakan Pembebasan Gaza, mengatakan, MV Rachel Corrie mungkin tidak tiba di Gaza sampai awal pekan depan.
"Kami mungkin tidak mengirim kapal berbobot 1.200 ton itu sampai Senin atau Selasa," katanya.
Pasukan komando AL Israel menyerbu geladak kapal feri Turki yang memimpin konvoi enam kapal misi kemanusiaan Gaza, Senin.
Sedikitnya sembilan orang penumpang kapal itu tewas. Insiden tersebut memicu kemarahan dunia, krisis hubungan diplomatik Turki-Israel dan kutukan Dewan Keamanan PBB.
Pihak penyelenggara pelayaran MV Rachel Corrie mengatakan, kapal itu mengangkut peralatan medis, kursi roda, barang sekolah dan semen, bahan bangunan yang dilarang Israel memasuki Gaza.
Anggota Parlemen Irlandia Mark Daly mengatakan, MV Rachel Corrie sebenarnya berangkat bersama konvoi kapal-kapal yang kini ditahan Israel itu namun tertinggal jauh karena lamban.
Para penumpang kapal itu mengetahui adanya serangan Israel namun mereka memutuskan untuk tidak pulang. "Setelah berdiskusi tentang apa yang harus dilakukan, mereka akhirnya sepakat untuk terus," kata Daly.
Dalam perkembangan lain, Sekjen Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Anders Fogh Rasmussen telah meminta Israel agar membebaskan para penumpang dan kapal misi kemanusiaan ke Gaza yang mereka tahan.
"Saya menyampaikan belasungkawa yang tulus kepada keluarga para korban dan mengutuk aksi (brutal Israel-red.) yang menjadi penyebab tragedi ini," katanya.
Rasmussen juga meminta pembebasan segera para warga sipil dan kapal yang ditahan Israel.
Seruan kepada Tel Aviv itu disampaikannya setelah menghadiri pertemuan darurat Dewan Atlantik Utara yang digelar atas permintaan Turki. (R013/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010