Sekretaris Perusahaan PT Kilang Pertamina Internasinal (KPI) Ifki Sukarya mengatakan meskipun telah beroperasi lebih dari 100 tahun dan menjadi kilang minyak tertua di Indonesia, produktivitasnya masih tetap tinggi.
"Sepanjang tahun 2020, Kilang Plaju menghasilkan 22 produk dengan volume total lebih dari 35 juta barel," kata Ifki Sukarya dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Terdapat beberapa produk unggulan Kilang Plaju mulai dari bahan bakar nabati mesin diesel B30, Avtur, Pertamax, Dexlite, Elpiji, Musicool, Breezon, dan Polytam yang merupakan produk petrokimia premium industri plastik.
Ifki menyebutkan kontribusi pajak Kilang Plaju mencapai Rp180 miliar. Selain untuk negara, kilang ini juga menyumbang pajak senilai sebesar Rp57 miliar bagi pemerintah daerah.
"Kilang Plaju menjadi salah satu penyumbang pajak daerah terbesar di Palembang dan Sumatra Selatan. Inilah contoh nyata economic footprint, sumbangsih dari kilang Pertamina untuk terus memberikan energi, semangat dan kontribusi dalam membangun negeri,” kata Ifki.
Merujuk sejarah, Kilang Plaju didirikan tahun 1904 oleh perusahaan minyak dari Belanda, yaitu Shell. Kilang Plaju bertugas menampung minyak mentah dari tambang di daerah Prabumulih, Pendopo, dan sekitarnya untuk diolah menjadi bahan bakar siap pakai bagi kendaraan-kendaran militer Belanda.
Ketika perang dunia kedua berkecamuk, kehadiran Kilang Plaju sangat penting karena menjadi kilang minyak terbesar di Asia Tenggara. Pasukan sekutu memanfaatkan Kilang Plaju untuk menggerakkan alat tempur mereka melawan Jepang.
Tahun 1942, pasukan penerjun Jepang menyerbu Kilang Plaju dan berhasil membumihanguskan sebagian kilang. Setelah Jepang kalah perang, Kilang Platu kembali dikuasi oleh Belanda.
Baca juga: Kilang Plaju Pertamina mulai produksi bahan bakar kapal sulfur
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021