Hal ini berarti orang dan bisnis semakin bergantung pada data center dalam pengelolaan data di lingkungan operasionalnya
Jakarta (ANTARA) - Pandemi COVID-19 membuat teknologi digital semakin memberikan hubungan yang erat dengan masyarakat, begitu juga dengan perusahaan-perusahaan untuk mendapatkan percepatan perijinan, penyederhanaan birokrasi serta reformasi regulasi.
Country Digital Transformation Schneider Electric Indonesia, Fadli Hamsani, mengungkapkan bahwa Schneider Electric bekerja sama dengan AVEVA menyediakan solusi Asset Strategy Optimization yang membantu sektor industri dalam meningkatkan kinerja aset. Perangkat lunak ini menghasilkan strategi pengelolaan dan pemeliharaan aset digital yang dioptimalkan disesuaikan dengan strategi dan tujuan bisnis perusahaan.
"Solusi Asset Strategy Optimization telah terbukti dapat menekan CAPEX hingga 30 persen, mengurangi biaya pemeliharaan dan pengawasan hingga 50 persen dan biaya suku cadang hingga 25 persen, serta meningkatkan kinerja aset hingga15 persen," kata Fadli Hamsani dalam acara media virtual bertajuk "Optimalisasi Asset Digital untuk Percepatan Pemulihan Bisnis Pasca Pandemi", Rabu.
Baca juga: Peluang dari senyapnya bisnis data center di tengah pandemi
Untuk saat ini, perusahaan juga dituntut untuk lebih memanfaatkan digital sebagai media pendukung dalam pengambilan keputusan yang cepat, akurat dan berwawasan berdasarkan data real-time, yang akan meningkatkan efisiensi dan kinerja melalui pengelolaan risiko bisnis dan operasional yang efektif.
Tidak hanya itu, formasi untuk mengelola aset digital menjadi sebuah hal yang vital untuk mengevaluasi dan meningkatkan kinerja aset, mencegah terjadinya kegagalan operasional melalui kemampuan analisis prediktif.
Selain itu, peran digital juga dapat membantu untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan staf dan aset serta meningkatkan efisiensi biaya perbaikan atau penggantian aset akibat kerusakan secara tiba-tiba.
Dalam hal ini, terdapat empat faktor yang harus dipenuhi dalam strategi pengelolaan asset digital antara lain memastikan ketersediaan (availability) infrastruktur edge dalam kegiatan operasional secara real time dan transparan.
Baca juga: Kominfo dorong pemanfaatan teknologi komputasi awan untuk "Go Digital"
Memiliki sistem backup and recovery plan yang terintegrasi, memastikan adanya perlindungan sistem dan peralatan listrik yang baik untuk menjaga performa aset; dan memiliki sistem keamanan fisik dan edge yang terbaik.
Fungsional Analis Kebijakan Ahli Madya Pusat Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Industri dan Jasa Industri Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kementerian Perindustrian, Bambang Riznanto mengatakan bahwa masa pandemi menjadi titik balik bagi sektor industri untuk mengambil langkah berani dalam pengadopsian teknologi digital untuk memastikan keberlangsungan dan keberlanjutan operasional menghadapi berbagai kondisi.
"Hal yang harus diingat pelaku industri adalah teknologi yang telah diimplementasikan ini harus dikelola dan dirawat dengan baik agar biaya investasi yang telah dikeluarkan menghasilkan Return of Investment yang maksimal untuk produktivitas dan profitabilitas perusahaan," kata Bambang Rizwanto.
Dalam kesempatan yang sama, Head of IT Enterprise Sales Schneider Electric Indonesia, Ronny Siswanto, mengatakan di era edge computing, edge data center memiliki peranan sangat penting dalam lingkungan kegiatan operasional yang berbasis perangkat Internet of Things (IoT) di mana tuntutan akan koneksi jarak jauh yang lebih cepat antara data center atau cloud dengan perangkat kerja jarak jauh dan kolaborasi lintas batas semakin tinggi.
Baca juga: Pandemi tak halangi Amazon Web Service buka pusat data di Indonesia
"Hal ini berarti orang dan bisnis semakin bergantung pada data center dalam pengelolaan data di lingkungan operasionalnya. Untuk membangun edge data center yang andal dan berkelanjutan dibutuhkan standardisasi dan integrasi," kata Ronny Siswanto.
"Peningkatan kapabilitas sumber daya manusia, teknologi yang mumpuni, pengawasan dan tata kelola data center yang terencana, dan sistem keamanan yang disesuaikan dengan kebutuhan," tambah dia.
Pemanfaatan IoT di sektor industri, berbanding lurus dengan pertumbuhan transformasi digital industri. IDC memprediksi pengeluaran perusahaan dalam IoT secara global akan mencapai tingkat pertumbuhan dua digit pada tahun 2021.
Semakin canggih teknologi berbasis IoT seperti robotics dan Artificial Intelligence akan menimbulkan tantangan baru dalam mencari solusi terbaik untuk pemrosesan dan penyimpanan data IoT dalam jumlah besar yang dapat mengurangi latensi dan meningkatkan kemampuan perusahaan dalam merespon kompleksitas operasional secara cepat dan fleksibel.
Hadir juga Chief Information Officer Toyota Astra Motor, Wilbertus Darmadi, menyampaikan bahwa Toyota Astra Motor telah memulai transformasi digital sejak beberapa tahun lalu dalam rangka mendukung strategi jangka panjang perusahaan untuk menjadi mobility company yang tidak hanya berfokus pada produk namun juga layanan yang akan memudahkan konsumen melakukan mobilitas kesehariannya.
"Untuk mencapai hal tersebut, dibutuhkan infrastruktur dan jaringan back-end yang andal, terintegrasi, efisien, sustainable dan dapat diskalakan. Salah satu yang menjadi fokus kami adalah pengelolaan data center dan kami mempercayakannya kepada solusi data center dari Schneider Electric," kata dia.
Untuk mendukung pengelolaan data di edge, Schneider Electric memiliki tiga solusi edge data center yang akan menjawab tantangan akan keterbatasan sumber daya manusia, keamanan, efisiensi dan sustainability, yaitu EcoStruxure Micro Data Center, EcoStruxure IT Expert dan Monitoring & Dispatch Services.
Baca juga: Bisnis pusat data bisa mendorong peningkatan bauran energi
Baca juga: Biznet tingkatkan kemampuan "data center" dukung transformasi digital
Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2021