Moskow (ANTARA News/AFP) - Bank sentral Rusia, Senin mengatakan, pihaknya menurunkan tingkat suku bunga utama pembiayaan kembali (refinancing) seperempat poin ke titik terendah baru dalam sejarah 7,75 persen untuk mendukung pemulihan ekonomi yang masih rapuh.
Langkah itu merupakan penurunan tingkat suku bunga Rusia keempat belas kali berturut-turut sejak April 2009 dan membingungkan ekspektasi bahwa siklus pelonggaran suku bunga bank telah berakhir.
Bank sentral mengatakan dalam sebuah pernyataannya, bahwa penurunan suku bunga diperlukan untuk mendorong pemulihan ekonomi yang masih gemetar di Rusia dan untuk merangsang pinjaman terhadap latar belakang inflasi yang moderat.
"Data tentang indikator-indikator utama makroekonomi Rusia ... menunjukkan pemulihan bertahap pertumbuhan ekonomi," kata pernyataan itu.
"Tapi risiko signifikan ketidakstabilan tetap dalam pemulihan kegiatan kredit dan pertumbuhan ekonomi," katanya.
Dikatakan, ada "ketidakpastian tingkat tinggi tentang masa depan situasi ekonomi eksternal," menambahkan bahwa kebijakan ini akan menentukan kebijakan masa depan bank pada pemotongan suku bunga.
Kebijakan pelonggaran bank telah dibantu oleh inflasi terendah di Rusia, pada 5,7 persen pada Mei.
Para analis mengatakan, setelah penurunan lalu yang diumumkan pada 29 April bahwa bank telah memberi tanda yang jelas bahwa siklus penurunan akan berakhir dengan peringatan bahwa inflasi bisa lebih tinggi di paruh kedua tahun ini.
Namun, pernyataan terbaru mengatakan bahwa risiko peningkatan drastis inflasi pada bulan-bulan berikutnya "masih rendah." Pertemuan kebijakan moneter berikutnya diselenggarakan pada Juni.
Rusia terpukul oleh krisis ekonomi global, dengan ekonomi mengalami kontraksi 7,9 persen tahun lalu, namun sejauh ini berhasil menghindari permasalahan utama yang melanda negara-negara terlilit utang seperti Yunani.
Kementerian pembangunan ekonomi memperkirakan pertumbuhan Rusia 4,0 persen pada 2010 diikuti 3,5 persen pada 2011. Namun, pejabat memperingatkan pihaknya akan memakan waktu bertahun-tahun untuk kembali ke tingkat pertumbuhan sebelum krisis.
Para analis mengatakan bahwa sementara Rusia tampaknya telah melewati badai ekonomi, namun ekonominya yang sangat tergantung hidrokarbon tetap rentan terhadap fluktuasi harga minyak. (A026/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010