Jakarta (ANTARA) - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengemukakan hanya 24 persen penderita tuberkulosis (TB) di Indonesia yang mengakses fasilitas layanan kesehatan.
"Kalau melihat kajian analisis perjalanan pasien tuberkulosis, diketahui ada 24 persen orang dengan gejala yang mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes)," katanya saat membuka acara Pekan Temu Berbagi Pengetahuan untuk Sejawat (TBPS) "Bersama Eliminasi TBC dan Lawan COVID-19, Bangun Bangsa Sehat dan Berprestasi" secara daring yang dipantau ANTARA di Jakarta, Rabu siang.
Artinya, kata dia, hanya 24 persen orang yang mengenali gejala bahwa dia sakit TB dan kemudian mendatangi fasyankes untuk memeriksakan dirinya.
Dari hasil kajian yg sama, kata Siti Nadia, juga dilaporkan 74 persen orang akan mencari pengobatan di fasilitas kesehatan milik swasta, baik pemberi pelayanan kesehatan formal maupun informal.
"Sementara kita ketahui kapasitas diagnostik di fasilitas kesehatan sektor swasta formal masih sangat terbatas," katanya.
Hasil lain dari kajian tersebut dilaporkan ada dua persen orang dengan gejala TB mencari pengobatan di dokter umum dan klinik pratama, sedangkan sisanya 59 persen berada di rumah sakit.
Siti Nadia mengatakan laporan tersebut menjadi salah satu persoalan dalam upaya pelacakan kasus TB di Indonesia.
Berdasarkan pelacakan kasus yang dilakukan pada 2020, kata Siti Nadia, hanya melaporkan sekitar 350 ribu kasus TB di Indonesia. Jumlah tersebut sangat berbeda pada kegiatan serupa pada 2019 sebelum pandemi mencapai 560 ribu kasus.
"Padahal kita ada pekerjaan rumah (PR) bahwa ada angka perkiraan 840 ribu TB terjadi setiap tahun di Indonesia," katanya.
Situasi tersebut menjadi catatan khusus bagi Kementerian Kesehatan bahwa untuk menemukan kasus TB, harus melakukan penelusuran secara aktif di masyarakat.
Namun pelacakan kasus TB saat pandemi perlu mengikuti protokol kesehatan untuk kegiatan yang sifatnya aktif di masyarakat.
Baca juga: Pelacakan TBC terkendala selama pandemi COVID-19
"Hanya 24 persen orang yang akan mengakses layanan kesehatan untuk TB. Ditambah pandemi, tentunya angka ini semakin menurun karena mungkin ada rasa takut datang ke fasyankes," katanya.
Baca juga: Wapres: Penanggulangan tuberkulosis tidak boleh surut selama pandemi
Acara Pekan Temu Berbagi Pengetahuan untuk Sejawat (TBPS) yang melibatkan Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Perhimpunan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), serta perwakilan rumah sakit swasta dimaksudkan untuk menjalin sinergi untuk bersama-sama mencapai target eliminasi TB 2030.
Baca juga: Ahli: Penanganan TB bisa dilakukan sejalan dengan penanganan COVID-19
"Dari hasil laporan global TB 2020, Indonesia termasuk tiga negara dengan beban TB terbesar di dunia. Indonesia butuh penanganan yang komprehensif untuk mencapai eleminasi TB sesuai target pada 2030," katanya.
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021