Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Komite Ahli Penanggulangan Tuberkulosis 2021 Tjandra Yoga Aditama mengemukakan bahwa upaya pengendalian tuberkulosis (TB) bisa dilakukan sejalan dengan penanganan COVID-19.

Lewat sambungan telepon, Rabu, ia menyampaikan tujuh upaya penanganan COVID-19 yang dapat dilakukan sejalan dengan penanggulangan TB yakni pemeriksaan, penelusuran kontak, pencegahan infeksi, surveilans, penguatan pelayanan kesehatan, komunikasi risiko, dan pelibatan masyarakat.

Ia mengatakan bahwa pemeriksaan dan penelusuran kontak secara luas yang dijalankan dalam pengendalian penularan virus corona tipe baru akan baik kalau dilakukan dalam penanganan TB. Demikian pula dengan upaya pencegahan infeksi melalui kampanye mencuci tangan dan memakai masker.

"Data menunjukkan, penggunaan masker yang tepat dapat mengurangi kemungkinan tertular TBC sampai 56 persen," kata Tjandra.

Surveilans atau pengamatan data dan informasi mengenai kejadian penyakit dari waktu ke waktu yang dilakukan untuk COVID-19, menurut dia, juga harus dilakukan untuk TB.

Komunikasi risiko yang baik pun penting untuk mengendalikan penularan kedua penyakit tersebut.

"Penyampaian informasi ke masyarakat yang secara intensif diberikan untuk COVID-19 juga bisa dilakukan untuk penyakit TBC, tidak hanya di seputar saat Hari TBC Sedunia di bulan Maret ini," kata Tjandra.

Selain itu, ia mengatakan, penguatan sistem pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan pelibatan masyarakat dalam pengendalian penyakit sama-sama penting dalam penanggulangan COVID-19 maupun TB.

"Kita harapkan semua pelayanan kesehatan itu berjalan baik untuk menangani COVID-19 dan juga untuk menangani TBC," katanya.

TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit itu utamanya menyerang paru-paru, namun juga dapat menyerang organ tubuh lain seperti selaput otak, tulang, dan kelenjar getah bening. Bakteri penyebab TB menyebar ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin.

COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan virus corona tipe SARS-CoV-2, yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China. Penyakit yang menyerang saluran pernafasan ini menular melalui percikan cairan saluran nafas.

TB sampai sekarang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Upaya penanggulangan penyakit itu terhambat pada masa pandemi COVID-19.

Pelacakan kasus TB terkendala selama pandemi. Menurut data Kementerian Kesehatan, persentase penemuan kasus TB pada 2018 dan 2019 sekitar 60 persen. Pada 2020, dalam kondisi pandemi, capaian penemuan kasus TB jauh lebih rendah, hanya 30 persen.

Baca juga:
Pelacakan TB terkendala selama pandemi COVID-19
COVID-19 belenggu kemajuan pengendalian tuberkulosis

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2021