"le variant breton" tak lebih mematikan dari varian lain
Media Prancis, LaDepeche melaporkan, delapan pasien yang terinfeksi varian baru virus corona meninggal. Walau begitu, pejabat kesehatan setempat mengatakan hal ini tidak berarti itu varian baru lebih mematikan daripada jenis lainnya seperti B117 misalnya.
Kementerian Kesehatan Prancis, seperti dikutip dari Insider, menyatakan belum ada bukti jenis virus ini lebih mudah ditularkan daripada versi virus lainnya.
Menurut mereka, perlu lebih banyak penelitian untuk mencari tahu apakah varian ini bisa menghindari vaksin atau antibodi dari infeksi virus corona sebelumnya.
Profil genetik varian menunjukkan "le variant breton" tidak berbagi mutasi kunci dengan B.1.351 dan P.1, varian yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan dan Brasil, yang lebih menular dan sebagian dapat menghindari vaksin.
Varian dari Brittany berada dalam satu kelompok strain dengan varian yang pertama kali terlihat di California Selatan. Varian dalam kelompok itu, bernama Clade 20C, diperkirakan merupakan seperlima dari infeksi virus corona dunia pada April, menurut Nextstrain yang melacak evolusi virus korona dari waktu ke waktu.
Lebih lanjut, terkait varian baru virus yang lebih sulit dideteksi, ARS menambahkannya ke dalam daftar varian yang sedang diselidiki (VUI) WHO, walau belum masuk kategori varian yang menjadi perhatian (VOC).
"Analisis awal tidak menunjukkan peningkatan bahaya atau penularan dibandingkan dengan virus aslinya," kata ARS dalam sebuah pernyataan.
Untuk saat ini hanya varian corona dari Inggris, Brazil dan Afrika Selatan yang masuk dalam daftar VOC, dari ratusan yang telah ditemukan para peneliti di seluruh dunia.
Baca juga: Presiden Jokowi imbau masyarakat tak khawatir varian baru virus Corona
Langkah antisipasi
Menurut Tjandra, sementara ini ada tiga langkah antisipasi yang bisa orang-orang lakukan untuk semua jenis mutasi virus corona, termasuk "le variant breton", salah satunya meningkatkan angka pemeriksaan whole genome sequencing seperti yang dilakukan di Inggris.
Selain itu, masyarakat diharapkan tetap menerapkan protokol kesehatan yakni mengenakan masker, mencuci tangan rutin, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas.
Hal ini untuk menghindari tertular dan sakit COVID-19 sekaligus menekan penularan di masyarakat sehingga kemungkinan terjadinya mutasi juga bisa ditekan.
Tjandra juga menyarankan, surveilans atau pengamatan yang sistematis dan terus menerus terhadap data dan informasi COVID-19 secara ketat untuk mendeteksi keadaan-keadaan khusus yang mungkin berhubungan dengan mutasi.
"Misalnya orang yang sudah divaksin dan lalu tetap sakit, atau sakit berat pada usia muda tanpa komorbid, terjadinya cluster berat, dan lainnya," kata Tjandra.
Baca juga: Regulator Inggris akan percepat vaksin untuk varian baru COVID
Baca juga: Sudah divaksin, amankah bertemu orang lain?
Baca juga: Ada varian baru corona B117, ini dampaknya pada masker hingga vaksin
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021