Harapannya dapat di-upgrade produktivitas tambak tradisional melalui input teknologi, sehingga produktivitas bisa ditingkatkan

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) meyakini bahwa intensifikasi atau memutakhirkan penggunaan teknologi intensif dapat melesatkan produktivitas tambak udang yang ada di berbagai daerah di Tanah Air.

"KKP menyiapkan strategi peningkatan produksi udang nasional yakni melalui intensifikasi teknologi. KKP juga mendorong tambak tradisional untuk di-upgrade teknologinya sehingga memiliki produktivitas optimal," kata Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto dalam siaran pers di Jakarta, Senin.

Apalagi, Slamet mengingatkan bahwa saat ini KKP tengah fokus pada produk ekspor, salah satu komoditas unggulan Indonesia yang memiliki nilai ekonomi tinggi yaitu udang.

Hal ini, menurut Slamet sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo bahwa komoditas udang diharapkan bisa membantu perekonomian nasional dengan tetap mengacu pada prinsip produksi yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.

"Harapannya dapat di-upgrade produktivitas tambak tradisional melalui input teknologi, sehingga produktivitas bisa ditingkatkan dari semula kurang dari 1 ton/ha/tahun minimal semi intensif dulu yakni berkisar 10 ton/ha/tahun," harap Slamet.


Baca juga: Dirjen KKP dorong penyebarluasan tambak udang milenial

Baca juga: Optimalkan tambak terlantar, KKP bidik peluang ekspor udang 2 juta ton


Slamet mencontohkan keberhasilan dari Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Sari Segara Desa Krangkeng Kecamatan Krangkeng Indramayu, yang telah menggunakan intensifikasi sehingga sukses meningkatkan produktivitas tambak mereka.

Ketua Pokdakan Sari Segara Desa Krangkeng Fatah Aliudin menceritakan bahwa saat Pokdakan berdiri pada tahun 2012, awalnya hanya memiliki 6 kolam saja.

Seiring berjalannya waktu tepatnya pada tahun 2014 mulai mengembangkan tambak intensif dan saat ini luas lahan yang dimiliki sebesar 15 hektare terdiri dari 5 hektare tambak intensif sebanyak 12 kolam terdiri dari 4 kolam dengan ukuran masing masing 3.500 meter persegi dan 8 kolam ukuran masing masing 1.500 meter persegi. Dan sisanya 10 hektare adalah kolam gelondongan bandeng dan garam.

“Alhamdulillah dengan menggunakan tambak sistem intensif hasilnya bisa meningkat”, kata Fatah.

Fatah memaparkan, sebelumnya dengan tambak tradisional dengan produktivitas 5 kwintal – 1 ton per siklus per hektare dan size (jumlah udang per kilogram) 80 dengan nilai diperoleh sekitar Rp 60 juta. Saat ini dengan mengembangkan budidaya udang tambak intensif, size yang diperoleh bisa mencapai size 40 dengan produktivitas 12 ton per siklus per hektare dengan nilai diperoleh sekitar Rp960 juta.

Untuk itu, ke depan harapannya, tambak kami bisa menjadi percontohan bagi pembudidaya yang ingin mengembangkan tambaknya menjadi tambak instensif. Sehingga dapat menyejahterakan anggota kelompoknya.

"Ke depan kami akan mengembangkan tambak intensif kembali seluas 5 hektare dan harapan kami adanya bantuan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan seperti berupa kincir, pompa, genset , benur atau pakan,” ujarnya.

Baca juga: KKP siap sinergi lintas sektor garap 100.000 hektare tambak udang

Baca juga: KKP dorong pembentukan korporasi pembudidayaan tambak udang

Baca juga: Dirjen: Pembudidaya udang perlu perkuat pangsa pasar global

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021