Padang (ANTARA News) - Sekitar sebanyak 3,6 juta unit kendaraan angkutan umum milik para pengusaha tergabung dalam Organisasi Pengusaha Angkutan Darat (Organda) terpaksa dikandangkan akibat rusak berat dan upaya perbaikan terkendala masih mahalnya suku cadang.
Dari sembilan juta unit kendaraan angkutan umum dikelola Organda, 40 persen diantaranya atau sekitar 3,6 juta unit dikandangkan dalam kondisi rusak, kata Ketua Umum DPP Organda, Murphy Hutagalung di Padang, Selasa.
Artiya hanya 60 persen atau 5,4 juta unit kendaraan umum yang masih beroperasi melayani trayek di seluruh Indonesia.
Selain terkendala harga suku cadang yang mahal, untuk pengadaan kendaraan baru juga terbentur harga yang terus naik, tambahnya.
Karena itu, Murphy mengharapkan adanya kebijakn pemerintah agar pengusaha dapat membeli kendaraan dengan harga murah.
"Kebijakan ini mungkin dengan membuka impor kendaraan niaga bekas dari luar negeri," usulnya.
Menurut dia, pemerintah harus juga masalah ini sebagai bagian persoalan dunia transportasi nasional.
Dalam hal ini, keberpihakan pemerintah sangat diperlukan kalau memang ingin dunia transportasi ini bisa berjalan dengan baik dan mampu melayani masyarakat dengan baik pula, katanya.
Selain banyaknya armada yang rusak mencapai 40 persen, masalah dihadapi pengusaha angkutan umum saat ini adalah rendahnya keterisian kursi (load factor) saat melayani penumpang, yang hanya 50 persen yang berdampak pada rendahnya pendapatan baik supir maupun pengusaha.
"Kini load factor angkutan umum tinggal 50 persen itu pun syukur-syukur bisa dicapai," kata Murphy.
Menurut dia, untuk mendapat penghasilan mencukupi, load factor harus dapat dicapai minimal 75 persen, kenyataannya 50 persen saja sudah syukur bisa dicapai.
Ia menyebutkan, rendahnya load factor menjadi salah satu masalah utama pengelolaan angkutan umum di Indonesia yang memberatkan para pengusaha, sehingga turunnya harga bahan bakar minyak (BBM) belum memberi harapan terlalu banyak.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009