Anak akan lebih aman di sekolah

Jakarta (ANTARA) - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan Pemprov DKI tengah mempersiapkan uji coba terbatas sekolah tatap muka yang akan mengombinasikan sekolah tatap muka dengan daring.

"Mudah-mudah tidak lama lagi. Pada saatnya akan kami umumkan program uji coba terbatas campuran antara daring dan luring itu," kata Riza di Balai Kota Jakarta, Senin.

Baca juga: Tinjau ujian SMA daring, Wali Kota Jakarta Timur ingatkan siswa jujur

Uji coba sendiri, kata Riza, akan berlangsung di seluruh wilayah Ibu Kota, mulai dari tingkat SD hingga SMA dan SMK. Namun, DKI belum menentukan kapan uji coba berlangsung meski sudah dinyatakan akan disampaikan lokasi dan waktunya oleh Kepala Dinas Pendidikan DKI Nahdiana.

"Protokol kesehatan wajib diberlakukan saat uji coba, mulai dari pembatasan jumlah orang dan waktu belajar," ucapnya.

Politikus Partai Gerindra ini juga memastikan, belum ada keputusan untuk membuka lagi sekolah tatap muka dan diputuskan tetap dilakukan secara daring.

Baca juga: Riza: Dinkes tengah rumuskan uji coba pelaksanaan sekolah tatap muka

"DKI Jakarta sampai hari ini masih memutuskan tetap online," kata dia.

Menurut Riza, Pemerintah DKI akan mengacu pada data dan fakta beberapa bulan mendatang. Dia berharap meningkatnya vaksinasi COVID-19 sejalan dengan penurunan jumlah kasus, sehingga sekolah tatap muka bisa dilaksanakan.

Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim mentargetkan semua sekolah sudah melakukan kegiatan sekolah tatap muka mulai Juli 2021.

Jangan Takut
Terkait dengan sekolah tatap muka yang akan diberlakukan usai uji coba itu, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Zita Anjani memberikan dukungan dan mendorong agar Pemprov DKI Jakarta tidak perlu khawatir berlebihan atas keamananannya.

"Anak akan lebih aman di sekolah. Bisa dicek pada beberapa data berbagai negara, bahkan di website DKI sendiri membuktikan itu, data per-9 september 2020, menunjukkan hanya 3.954 anak dengan gejala ringan, dari total 49.837 positif COVID-19 pada saat itu," ucap Zita.

Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini menjelaskan jika merujuk data ancaman meninggal faktor usia, maka usia 31-45 tahun 2,4 kali lipat lebih berisiko, usia 46-59 tahun 8,5 kali lipat lebih berisiko, usia 60 tahun 19,5 kali lipat lebih berisiko. Sementara usia anak tergolong aman.

Baca juga: Sekolah dijadikan tempat vaksinasi warga lansia di Jakarta Timur

"Karenanya, mari Pemprov DKI lebih fokus ke pendidikan. Tempat hiburan sudah berani dibuka, sekolah juga harus berani. Saya percaya aman setelah guru di vaksin, tinggal mau atau tidaknya," katanya.

"Saya juga percaya Ibu Kota harus berani, bukan ugal-ugalan, tapi by data, by kajian, dan inshaallah jika lihat data saya yakin sekolah aman," ujar dia.

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2021