Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi menyebut bahwa harga gas kompetitif mampu menurunkan ongkos produksi pupuk nasional hingga sekitar 16 persen, karena gas merupakan komponen dominan dalam pembuatan pupuk urea.
“Gas itu komponenya 74-78 persen. Jadi, setiap penurunan, katakanlah biasanya orang membeli gas 8 dolar AS per millions british thermal units (MMBTu), turun jadi 6 dolar AS per MMBTU, artinya berkurang 26 persen. Itu 16 persen bisa turun cost nya, jadi artinya, dampaknya cukup besar,” kata Rahmad dalam wawancara terbatas dengan media secara virtual, Minggu.
Rahmad menyampaikan, kendati pelaksanaan penurunan harga gas dimulai pada 2020, namun Pupuk Kaltim sudah memperoleh harga gas 6 dolar AS dari waktu ke waktu.
Menurut Rahmad, harga gas kompetitif sangat dibutuhkan industri pupuk nasional, karena pada akhirny mampu bersaing dengan produk asing.
“Tentu kita tidak bisa kompetitif dibandingkan produk asing jika harga gasnya di atas 6 dolar AS. Bahayanya adalah kalau barang asing itu masuk. Karena hal itu ada kaitannya dengan ketahanan pangan,” ungkap Rahmad.
Diketahui, sejak Juni 2020, tujuh industri dalam negeri memperoleh harga gas 6 dolar AS MMBTU.
Ketujuh industri tersebut adalah industri pupuk, petrokimia, oleachemical, baja, keramik, kaca, dan sarung tangan karet. Penentuan industri ini berdasarkan usulan yang masuk ke Kementerian Perindustrian.
Baca juga: Agro Solution Pupuk Kaltim tingkatkan produktivitas hingga 80 persen
Baca juga: Masuk musim tanam, Pupuk Kaltim pastikan stok pupuk subsidi aman
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021