Baturaja (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan memetakan 10 kecamatan di wilayah setempat rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) saat musim kemarau panjang.
Kepala BPBD Ogan Komering Ulu (OKU) Amzar Kristopa melalui Koordintor Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops), Gunalfi di Baturaja, Minggu, menyampaikan berdasarkan data tahun sebelumnya kecamatan rawan karhutla, antara lain Pengandonan, Lubuk Batang, Muarajaya, Semidang Aji, Baturaja Timur, Sosoh Buay Rayap, Peninjauan, KPR dan Kecamatan Lengkiti.
Baca juga: Setiap desa di OKU-Sumsel diminta aktifkan posko penanganan karhulta
Baca juga: Kabupaten Ogan Komering Ulu-Sumsel ditetapkan berstatus siaga karhutla
Wilayah-wilayah ini rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan saat musim kemarau panjang, karena masih banyak hutan serta lahan perkebunan milik masyarakat di wilayah itu.
Seperti tahun lalu, karhutla terjadi di beberapa kecamatan tersebut dengan luas lahan pertanian yang terbakar lebih dari 20 hektare.
"Untuk hotspot atau titik panas di tahun tersebut terpantau 25 titik. Yang paling banyak di Kecamatan Pengandonan dan Lubuk Batang," katanya.
Oleh sebab itu, kata dia, saat ini pihaknya sudah menyiapkan peralatan penanggulangan karhutla, termasuk membentuk posko di seluruh wilayah rawan bencana kebakaran hutan dan lahan.
Posko penanggulangan bencana ini dilengkapi personel dari BPBD OKU dan masyarakat peduli api yang bertugas memantau titik api melalui aplikasi Lapan, SiPongi dan Lancang Kuning selama 24 jam.
Baca juga: Tim Satgas Kodim 0403 OKU padamkan karhutla
"SiPongi ini adalah sistem informasi deteksi dini pengendalian kebakaran hutan dan lahan berbasis aplikasi web," ujarnya.
Ia mengimbau setiap desa di Kabupaten OKU agar membentuk masyarakat peduli api guna menanggulangi bencana karhutla sedini mungkin. "Masyarakat juga diimbau agar tidak membuka lahan pertanian dengan cara dibakar, karena dapat memicu terjadinya karhutla," tuturnya.
Pewarta: Edo Purmana
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021