Rasa madu kelulut itu ada rasa manis, asam dan pahit

Putussibau, Kapuas Hulu (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sintang, Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) melalui Kelompok Tani Cakra Mandiri Desa Baning Panjang, Kecamatan Kelam Permai saat ini sedang mengembangkan madu kelulut.

Peternakan madu kelulut tersebut sudah berlangsung selama dua tahun dan sudah beberapa kali panen, bahkan pemasarannya sampai ke Pulau Jawa dan Sumatera Barat.

"Kami biasa jual madu kelulut itu ke Jawa Tengah dengan harga Rp800 ribu per liter, sekali panen biasanya bisa mencapai 50 liter madu," kata Ketua Kelompok Tani Cakra Mandiri Desa Baning Panjang, Kecamatan Kelam Permai Sintang Abdul Gani, saat dikunjungi Sekda Sintang, Sabtu.

Gani menyatakan, harga madu kelulut itu cukup menjanjikan, untuk harga di Kecamatan Kelam Permai hanya Rp400 ribu per liter, keluar kecamatan Rp500 ribu per liter, sedangkan ke Medan, Sumatera Utara seharga Rp700 ribu per liter dan ke Jawa Tengah seharga Rp800 ribu per liternya.

Menurut dia, dalam mengembangkan peternakan madu kelulut itu tidaklah terlalu sulit, dengan rumah untuk ternak kelulut itu dari bahan kayu jenis tengkawang serta ditanami sejumlah jenis bunga, salah satunya yaitu bunga air mata pengantin.

"Rasa madu kelulut itu ada rasa manis, asam dan pahit, tergantung dari jenis bunga makanan kelulut, namun kami jamin madu kelulut ini asli dan berkualitas," ujar Gani.

Gani menuturkan, ternak kelulut itu awalnya dengan membeli induk kelulut rata-rata Rp300 ribu per pohon yang diambil dari tengah hutan di Desa Ransi Panjang, Ensaid Panjang, Sungai Maram, dan Baning Panjang.

"Hutan semakin habis, kalau tidak kami kembangkan, maka kelulut akan habis dan punah. Maka kami inisiatif untuk membeli induk kelulut dan kami satukan di sini untuk dikembangkan," ujar Gani.

Ia mengatakan proses memanen madu kelulut itu menggunakan sedotan, sehingga cukup steril, bahkan sarang yang tertutup dibuka pakai lidi, baru dimasukkan sedotannya.

Dalam satu sarang bisa menghasilkan setengah liter madu kelulut. Soal waktu panen, memang tergantung bunga yang ada.

"Setelah madunya diambil, 15 hari kemudian sarang sudah terisi lagi dengan madu yang baru, jadi prosesnya tidak terlalu lama," kata Gani.

Menurut Gani, madu kelulut memiliki khasiat untuk mengobati kulit yang gatal-gatal.

"Banyak yang terkena penyakit gatal yang susah sembuh, diolesi madu kelulut tiga kali saja, langsung sembuh," kata dia pula.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sintang Kartiyus saat mendampingi Sekda Sintang di lokasi peternakan kelulut, mengatakan usaha ternak kelulut sebagai penerapan dari konsep ekonomi lestari yang selalu digaungkan oleh Bupati Sintang.

"Konsep dan penerapan ekonomi lestari yang dimaksudkan oleh Bupati Sintang itu, ya seperti ini sebenarnya," ujar Kartiyus, setelah mendengarkan penjelasan Abdul Gani selaku peternak kelulut.

Ia berharap agar ternak madu kelulut tersebut terus berkembang, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Baca juga: Peneliti Unmul: Temu ireng, bangalai, dan madu kelulut anti COVID-19
Baca juga: Manisnya madu kelulut cegah kebakaran lahan gambut

Pewarta: Teofilusianto Timotius
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2021