Lima desa yang menjadi lokasi pengembangan model kerja sama PRB antardesa, yakni Desa Akar-Akar, Gunjan Asri, dan Desa Andalan, di Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara.

Mataram (ANTARA) - Konsorsium untuk Studi dan Pengembangan Partisipasi (Konsepsi) Nusa Tenggara Barat kerja sama pengelolaan resiko bencana (PRB) antardesa yang merupakan salah satu bagian implementasi kerangka kerja program Desa Tangguh Bencana.

"Pengembangan kerja sama PRB antardesa itu merupakan salah satu bagian implementasi kerangka kerja proyek Desa Tangguh Bencana yang sedang dilaksanakan Konsepsi atas dukungan pendanaan dari Caritas Germany," kata Manager Program Konsepsi Hairul Anwar, di Mataram, Jumat.

Lima desa yang menjadi lokasi pengembangan model kerja sama PRB antardesa, yakni Desa Akar-Akar, Gunjan Asri, dan Desa Andalan, di Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara.

Dua desa lainnya berlokasi di Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur, yakni Desa Obel-Obel, dan Madayin.

Konsepsi NTB, kata Hairul, sudah memfasilitasi pertemuan para pihak mulai tingkat desa sampai kabupaten yang ditandai dengan penandatangan nota kesepahaman antarpara kepala desa sebagai bentuk tertulis niat bekerja sama.
Baca juga: Saatnya pemerintah perhatikan faktor pengurangan resiko bencana
Baca juga: Rakornas PRB di Pangkalpinang hasilkan 10 rekomendasi

"Pertemuan pertama berlangsung di Desa Akar-Akar, Kecamatan Bayan pada 16 Maret 2021," ujarnya.

Ia berharap berharap lima desa yang menjadi model itu akan menghasilkan pembelajaran penting bagaimana antardesa dapat bekerja sama mulai dari perencanaan bersama sampai dengan pembiayaan bersama dalam mengelola ancaman dan resiko bencana.

"Dengan begitu pengalaman mereka dapat dicontoh dan dikembangkan oleh desa-desa lain di NTB," ucapnya pula.

Sementara itu, Kepala Desa Akar-Akar Akarman mengatakan pihaknya sangat antusias dan menyadari pentingnya kerja sama antardesa untuk PRB.

"Kami juga ingin belajar bagaimana cara melakukan kerja sama dengan desa lain untuk pengelolaan isu bersama di satu kawasan karena pada dasarnya satu desa dengan desa lain karateristik masalah relatif sama," katanya.

Hal senada juga diutarakan Sekretaris Desa Obel-Obel Satrasip. Menurut dia, antara Desa Obel-Obel dengan Desa Madayin, dalam menangani banjir bandang yang sering melanda dua desa masih menjadi urusan desa masing-masing.

Padahal kedua kawasan selalu menerima dampak yang sama. Oleh sebab itu, sangat penting adanya kerja sama antardesa dalam mengatasi resiko bencana.
Baca juga: Bappenas: perencanaan mitigasi akan disusun lebih awal
Baca juga: NTT dinilai lemah tangani pengurangan resiko bencana

Pewarta: Awaludin
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021