Denpasar (ANTARA) - Sebanyak 3.000 bibit bambu dan bibit pohon yang lain akan ditanam di bagian hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Ayung di Provinsi Bali dalam kegiatan penghijauan pada Hari Tumpek Wariga, Sabtu (20/3).

"Kegiatan penghijauan ini merupakan upaya kita untuk mewujudkan nilai-nilai kearifan tradisional yang terkandung dalam perayaan Tumpek Wariga," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Bali Timur I Made Warta saat menyampaikan keterangan pers di Denpasar, Jumat.

"Penghijauan ini untuk melindungi kawasan hulu DAS Ayung, yang merupakan salah satu daerah tangkapan dan resapan air terbesar di Bali," ia menambahkan.

Tumpek Wariga yang juga disebut sebagai Tumpek Pengarah, Tumpek Uduh, Tumpek Atag, dan Tumpek Bubuh adalah hari raya Hindu yang dimaknai sebagai penghormatan manusia terhadap lingkungan, terutama pohon dan tumbuhan.

Kegiatan penanaman pohon di DAS Ayung, menurut Warta, merupakan bagian dari upaya untuk menjaga kelangsungan hidup tumbuh-tumbuhan, binatang, dan manusia.

Ia menjelaskan, Sungai Ayung yang panjangnya 68,5 kilometer dan DAS Ayung yang luasnya hampir 30.000 hektare penting bagi kelangsungan hidup warga di sekitarnya, terutama dalam penyediaan air.

"Kintamani merupakan salah satu kawasan hulu DAS Ayung karena itu kegiatan penghijauan ini kita pusatkan di Kintamani, tepatnya di daerah yang dikelola Kelompok Tani Hutan Puncak Peninjauan Lestari," katanya.

Menurut dia, kegiatan penghijauan akan dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Unit Pelaksana Teknis Daerah KPH Bali Timur, Kelompok Tani Hutan Puncak Peninjauan Lestari, serta Yayasan Bambu Lestari selama sepekan hingga 27 Maret 2021.

Warta mengatakan bahwa kegiatan itu merupakan bagian dari upaya pewujudan visi Pemerintah Provinsi Bali, Nangun Sat Kerthi Loka Bali.

"Kegiatan ini adalah realisasi dari visi Danu Kerthi, upaya nyata untuk menjaga kesucian dan kelestarian sumber-sumber air, seperti sungai, mata air dan danau, serta Wana Kerthi, menjaga kesucian dan kelestarian hutan" katanya.

Yayasan Bambu Lestari (YBL), yang telah 28 tahun mengkampanyekan bambu sebagai solusi lingkungan dan ekonomi, menyumbangkan 3.000 bibit bambu untuk kegiatan penghijauan di DAS Ayung.

YBL bekerja sama dengan warga mengelola tiga fasilitas pembibitan bambu di Kintamani, yaitu di Pura Jati, Tabu, dan Alengkong.

"Bambu sangat tepat untuk digunakan dalam upaya perlindungan air serta restorasi lahan kritis. Bambu mampu tumbuh di lahan yang rusak, jaringan akarnya mampu menstabilkan tanah miring sehingga mencegah longsor dan erosi, dua masalah yang kerap menimpa DAS," kata Manajer Program YBL, Wiwien Windrati.

"Dan yang terpenting, satu rumpun bambu mampu menyimpan hingga 5.000 liter air per tahun," ia menambahkan.

Ia menjelaskan, pada musim hujan akar bambu menyerap dan menyimpan air dan pada musim kemarau melepaskan simpanan airnya ke tanah.

Selain itu, menurut dia, bambu punya manfaat komersial. Nilai pasar bambu di tingkat global ditaksir mencapai 60 miliar dolar AS.

"Bagi YBL, bambu adalah kunci menuju ekonomi restorasi, sebuah cara untuk mensejahterakan masyarakat pedesaan sekaligus melindungi lingkungan," kata Wiwien.

Baca juga
KLHK prioritaskan rehabilitasi DAS Ciliwung dan Cisadane
BNPB: Pengembalian fungsi konservasi DAS solusi atasi banjir

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2021