Makassar (ANTARA News) - Sedikitnya 5 ribu massa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Sulawesi Selatan (Sulsel) bersama pengurus Forum Umat Islam (FUI) Sulsel dan Front Pembela Islam (FPI) Sulsel akan menggelar long march dan orasi yang mengecam Israel. "Aksi besar-besaran ini akan digelar Minggu (4/1) untuk mengecam agresi militer Israel yang telah mengorbankan lebih 300 jiwa warga Palestina hanya dalam sepekan," jelas Ketua Lajnah I`lamiyah HTI Sulsel Bahrul Ulum di Makassar, Sabtu. Menurutnya, aksi yang bertema "Aksi Umat Ganyang Israel, dengan Jihad dan Khilafah Hancurkan Israel, Kubur Kapitalisme" ini, titik berkumpulnya di halaman Masjid Al Markaz Al Islami Jenderal M Jusuf, kemudian massa melakukan long march melalui Jalan Mesjid Raya dan Jalan Gunung Bawakaraeng menuju Monumen Mandala yang berlokasi di Jl Jenderal Sudirman, Makassar atau sekitar lima kilometer dari Masjid Al Markaz. Setiba di Monumen Mandala, lanjutnya, pengurus HTI Sulsel diantaranya Hasanuddin Rasyid akan berorasi bersama sejumlah tokoh pergerakan Islam di Sulsel seperti Ketua Front Pembela Islam (FPI) Sulsel Habib Mahmud, Sekjen Forum Umat Islam (FUI) Sulsel, KH Sirajuddin,dan tokoh pergerakan Islam lainnya diantaranya KH Zeed Basalamah, Nasruddin Budiman dan Ridwan Pattabone. Sementara aksi lainnya sebagai bentuk solidaritas terhadap muslim Palestina, ia mengatakan, pengurus HTI Sulsel telah membuka Posko peduli Palestina yang dipusatkan di Ruko Zamrud Jalan Topaz Raya Blok B Nomor 2, Kecamatan Panakkukang, Makassar. Dikatakan, Posko tersebut berfungsi menerima bantuan baik berupa pakaian, obat-obatan dan sebagainya yang selanjutnya akan dikirim ke Palestina. Hal serupa juga dilakukan Badan Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Makassar, FUI Sulsel dan FPI Sulsel. Mengenai pengiriman sukarelawan ke Palestina, ia mengatakan, hingga kini belum ada keputusan organisasi untuk membuka pendaftaran relawan. Hal itu, karena terkait dengan kebijakan pemerintah atau perizinan ke luar negeri untuk berjihad. "Jadi kita akan melihat perkembangan dulu mengenai kemungkinan membuka pendaftaran relawan atau tidak," ujarnya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009