Saya tidak melihat suara keras dari Kementan, mengapa hanya Bulog yang bersuara keras
Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi IV DPR Renny Astuti berharap Menteri Perdagangan M Lutfi betul-betul melihat kondisi perberasan di lapangan, karena terjadi penurunan harga gabah di tingkat petani setelah ada rencana impor sebanyak satu juta ton.
"Kami sangat menyesalkan pernyataan Mendag terkait dengan impor beras itu," katanya dalam raker Komisi IV DPR dengan Menteri Pertanian serta Menteri Kelautan dan Perikanan di Jakarta, Kamis.
Renny menyesalkan pernyataan Mendag bahwa impor beras tidak akan menurunkan harga gabah.
Namun, fakta di lapangan, banyak laporan terkait harga gabah yang sedang panen, ternyata di bawah harga pokok pembelian (HPP).
Untuk itu, ujar dia, diharapkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dapat menjelaskan kepada Mendag mengenai kondisi yang ada di lapangan pada saat ini.
Selain itu, ia juga menyarankan Kementan membuat pusat informasi (call center) terkait penyerapan beras dan gabah petani di berbagai daerah.
"Petani bisa menghubungi call center tersebut bila ada yang ingin menjual gabah hasil pertanian mereka," katanya.
Baca juga: Masuk panen raya, Kementan sebut stok beras aman jelang Ramadhan
Senada, Anggota Komisi IV DPR Andi Akmal Pasluddin mengungkapkan harga gabah di sejumlah daerah menurun.
Ia mengemukakan keheranannya mengapa tidak ada suara keras dari pihak Kementan untuk menolak rencana impor beras tersebut.
"Saya tidak melihat suara keras dari Kementan, mengapa hanya Bulog yang bersuara keras," katanya.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan M Lutfi menegaskan tidak ada niat pemerintah untuk menurunkan harga petani terutama saat sedang panen raya. Sebagai contoh, katanya, harga gabah kering petani tidak diturunkan.
Mendag berpendapat pemerintah melakukan impor beras untuk mengantisipasi kelangkaan atau kenaikan harga tidak terjadi di saat pandemi ini.
Ia juga menuturkan beras impor tidak akan digelontorkan ke pasar saat panen raya sekitar April 2021, tetapi untuk disimpan dan digunakan guna menambah iron stock.
Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso dalam rapat dengan Komisi IV DPR di Jakarta, Senin (15/3/2021), mengaku kesulitan menyalurkan beras yang ada di gudang apabila harus mengimpor lagi satu juta ton sesuai direncanakan pemerintah.
Budi melaporkan persediaan beras per 14 Maret 2021 di gudang Bulog mencapai 883.585 ton dengan rincian 859.877 ton merupakan cadangan beras pemerintah (CBP) dan 23.708 ton beras komersial.
Dari jumlah stok CBP yang ada saat ini, Dirut Bulog mengungkapkan terdapat beras turun mutu eks impor tahun 2018 sebanyak 106.642 ton dari total impor beras tahun 2018 sebesar 1.785.450 ton.
Pada Maret 2020, lanjutnya, beras impor tahun 2018 itu masih tersisa sekitar 900 ribu ton.
Beras tersebut kemudian disalurkan untuk bantuan sosial Kementerian Sosial dan bantuan langsung dalam menanggulangi dampak ekonomi akibat pandemi sekitar 450 ribu ton dari alokasi 900 ribu ton.
Hingga kini ada sisa sebanyak 275.811 ton beras impor tahun 2018 yang masih tersimpan di gudang Bulog dengan 106.642 ton di antaranya sudah mengalami turun mutu.
Baca juga: Komisi IV DPR minta pemerintah benahi tata kelola ketersediaan pangan
Baca juga: Bulog mengaku kesulitan salurkan beras bila harus impor lagi
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021