Memajukan median perkiraan untuk kenaikan suku bunga pertama hingga tahun 2023 tidak akan sesuai dengan narasi Ketua Fed Jerome Powell

New York (ANTARA) - Dolar AS menyerahkan keuntungan awal menjadi bergerak lebih rendah pada akhir perdagangan pada Rabu (Kamis pagi WIB), karena investor mencerna keputusan kebijakan terbaru dari Federal Reserve yang mengatakan pihaknya tidak memperkirakan untuk menaikkan suku bunga hingga 2023, bertentangan dengan ekspektasi pasar.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingganya, turun 0,5 persen menjadi 91,405 setelah pernyataan Fed.

Greenback telah membalikkan penurunannya dalam beberapa sesi baru-baru ini di tengah melonjaknya imbal hasil obligasi pemerintah AS karena sebagian dari meningkatnya ekspektasi bahwa Fed mungkin akan mengetatkan suku bunga lebih awal dari perkiraan karena proyeksi pemulihan ekonomi yang lebih cepat dari perkiraan.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun mencapai tertinggi 13 bulan di awal sesi tetapi terakhir berada di 1,647 persen.

Baca juga: Dolar AS menguat di tengah kehati-hatian investor jelang pertemuan Fed

Dalam sebuah pernyataan setelah Fed mempertahankan suku bunga stabil, bank sentral AS mengatakan pihaknya mengharapkan lonjakan cepat dalam pertumbuhan ekonomi AS dan inflasi tahun ini karena krisis COVID-19 mereda dan berjanji untuk mempertahankan suku bunga acuan mendekati nol selama bertahun-tahun mendatang.

Itu berbeda dengan apa yang dinyatakan pasar berjangka eurodollar sebelum pernyataan Fed, hampir sepenuhnya memperkirakan kenaikan suku bunga pada Desember 2022 dan tiga kenaikan pada 2023.

Sementara, perbaikan dalam prospek ekonomi Fed tidak segera mengubah ekspektasi pembuat kebijakan untuk suku bunga, bobot opini berubah. Tujuh dari 18 pejabat Fed sekarang memperkirakan menaikkan suku bunga pada 2023, dibandingkan dengan lima pada Desember.

Ketua Fed Jerome Powell, dalam konferensi pers, juga mengatakan bank sentral AS belum melihat tanggal untuk mengurangi pembelian asetnya.

Seandainya Powell mengisyaratkan kemungkinan mengurangi pembelian obligasi, itu akan menyebabkan penjualan obligasi yang jauh lebih tajam dan lonjakan lebih lanjut dalam imbal hasil yang akan mendorong dolar lebih tinggi.

"Memajukan median perkiraan untuk kenaikan suku bunga pertama hingga tahun 2023 tidak akan sesuai dengan narasi Ketua Fed Jerome Powell," kata ING dalam catatan penelitian, dikutip dari Reuters.

Setelah pernyataan Fed, eurodollar futures mengurangi taruhan pada kenaikan suku bunga pada Desember 2022. Sejauh ini telah memperkirakan peluang pengetatan sebesar 90 persen pada Maret 2023, tetapi masih menunjukkan tiga kenaikan sepanjang tahun itu.

Euro menguat 0,7 persen terhadap dolar menjadi 1,1978 dolar AS. Terhadap yen, dolar turun 0,1 persen menjadi 108,87 yen.

Meski begitu, analis tidak melihat pernyataan Fed sebagai katalisator untuk dimulainya kembali tren melemahnya dolar yang terlihat di awal tahun.

"Saya tidak berpikir ini akan mengembalikan dolar ke tren turun," kata Mazen Issa, analis mata uang senior di TD Securities.

"Untuk melanjutkannya, euro perlu mengumpulkan momentum kenaikan. Perekonomian Eropa sangat jauh dari menyamai ekspektasi pertumbuhan di AS."

Baca juga: Jelang pengumuman hasil pertemuan FOMC, emas tergerus 3,80 dolar
Baca juga: Minyak terus merosot terseret prospek permintaan, penumpukan stok AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021