semakin tinggi jenjang sekolah semakin besar penolakannya

Jakarta (ANTARA) - Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) meminta pemerintah untuk lebih masif melakukan sosialisasi kepada guru mengenai dampak vaksin COVID-19 karena banyak guru berusia di bawah 50 tahun yang menolak vaksinasi.

"Mereka (guru berusia di bawah 50 tahun) belum percaya betul khasiat atau kualitas dari vaksin," ujar Wakil Sekjen FSGI Fahriza Marta Tanjung dalam paparan survei singkat tentang "Persepsi Guru Atas Program Vaksinasi" secara daring di Jakarta, Rabu.

Berdasarkan survei FSGI yang diikuti oleh 2.406 guru dari 26 provinsi di Indonesia tercatat, persentase ketidaksediaan mengikuti vaksinasi COVID-19 guru usia muda cukup besar.

Pada guru yang berusia 20 tahun hingga 29 tahun ada sebanyak 10,61 persen yang tidak bersedia mengikuti vaksinasi, usia 30 - 39 tahun sebanyak 10,97 persen, dan pada usia 40 - 49 tahun sebanyak 10,51 persen. Sedangkan pada usia 50 - 60 tahun hanya 4,67 persen yang menyatakan tidak bersedia.

Baca juga: Survei 16 persen publik tolak vaksinasi, Erick: Kita tidak paksa

Temuan itu, lanjut dia, sejalan dengan kondisi penyebaran COVID-19 di mana orang-orang yang berusia lebih lanjut lebih rentan tertular virus COVID-19.

"Wajar jika kemudian guru-guru yang lebih berusia lebih lanjut cenderung sangat kecil ketidaksediaannya terhadap vaksinasi COVID-19," ucapnya.

Dengan demikian, ia juga meminta agar materi sosialisasi diharapkan diarahkan kepada kualitas vaksin dan efek sampingnya.

Dalam survei FSGI itu, Fahriza juga menyampaikan, sejumlah penolakan juga terjadi, khususnya berasal dari guru setingkat SMA.

Baca juga: Epidemiolog sayangkan Anggota DPR tolak vaksinasi COVID-19

Berdasarkan jenjang sekolah, ia mengemukakan, guru pada jenjang sekolah SMA/SMK/MA yakni sebanyak 32,64 persen guru tidak bersedia melaksanakan vaksinasi COVID-19.

Sementara bagi guru yang berasal dari jenjang PAUD/TK sebanyak 5,96 persen, jenjang SD/MI sebanyak 5,60 persen, dan pada jenjang SMP/MTs sebanyak 8,48 persen guru tidak bersedia melaksanakan vaksinasi COVID-19.

"Semakin tinggi jenjang sekolah semakin besar penolakannya," ucapnya.

Survei itu juga mendapati, sebesar 8,27 persen guru menolak untuk divaksinasi. Sementara sebesar 91,73 persen guru bersedia divaksinasi.

Baca juga: Ridwan kamil tegur tenaga medis tolak vaksinasi melalui media sosial
Baca juga: Denda Rp5 juta bagi warga DKI tolak vaksinasi COVID-19

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021