Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada triwulan I 2020, kinerja industri kimia, farmasi dan obat tradisional yang meliputi sektor kosmetik tumbuh hingga 5,59 persen.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, sektor kosmetik tumbuh signifikan pada 2020, terlihat dari kinerja pertumbuhan industri kimia, farmasi, dan obat tradisional, di mana kosmetik termasuk di dalamnya, tumbuh 9,39 persen.
Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih mengatakan, sektor kosmetik berkontribusi 1,92 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Untuk itu, kata dia, pemerintah akan terus membantu pelaku industri kecil dan menengah di sektor kosmetik agar tetap produktif demi membawa manfaat positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Selain itu, pemengaruh kecantikan Affi Assegaf mengungkapkan, kini setiap pegiat usaha produk kecantikan lokal berlomba menawarkan produk berkualitas yang tidak kalah saing dengan produk asing.
Baca juga: Keindahan bunga Camellia dalam riasan Korea
Baca juga: Tips netralkan kulit dari kosmetik abal-abal
Dia mengatakan ada semakin banyak jenama baru yang bermunculan, atau jenama yang usianya baru seumur jagung, tapi banyak digemari pencinta produk kecantikan karena hasilnya memuaskan.
"Ini menggembirakan banget," katanya.
Dia mengatakan, saat ini banyak produk kecantikan buatan anak bangsa yang tidak lagi dianggap sebelah mata. Tidak sedikit mereka yang punya preferensi brand-brand lokal ketimbang merek yang sudah tenar dari luar negeri.
"Kalau ada tren kecantikan di luar negeri, orang mencari produk seperti itu di brand lokal," jelas Affi.
Di platform e-commerce, produk kecantikan lokal punya strategi berbeda dalam merengkuh hati konsumen, kata AVP of Category Development for FMCG & Long Tail Categories Tokopedia, Jessica Stephanie Jap. Dia memaparkan, jenama yang sudah populer secara global biasanya punya strategi pemasaran yang menyasar konsumen secara masif.
"Semakin lama perkembangan brand beauty lokal lebih pesat dari yang sudah established, yang sebagian besar brand asing. (Brand lokal) Lebih kreatif untuk masyarakat luas yang keinginannya berbeda-beda," jelas Jessica.
Menonjolkan keunikan adalah salah satu strategi yang dilancarkan oleh jenama Maska Indonesia yang didirikan pada 2019 oleh Raditya Banyu dan Almas Hudiya. Mereka menawarkan sederet pilihan produk perawatan kulit berbahan alami. Raditya mengatakan, dia ingin agar produk dalam negeri bisa punya tempat di hati konsumen.
Komunikasi yang hangat dengan konsumen merupakan cara mereka dalam berkomunikasi di tengah pandemi. Perbincangan mereka dengan para pengikut di media sosial tidak melulu soal mempromosikan produk-produk, tapi berusaha menjadi kawan dekat dengan mengangkat hal-hal relevan.
"Kita enggak bisa terus-terusan ngomongin produk, kita bisa nanya kabar mereka, nanya drama Korea apa yang lagi ditonton. Bagaimana caranya agar kita bisa sensitif dengan kondisi market saat ini," imbuh Almas.
Hal yang sama dilakukan oleh jenama Gentle Hour, bisnis pembersih wajah lokal yang didirikan oleh Jeldine Madjukie, Joyce Arta dan Revata Pingkan pada Agustus 2020. Konten-konten menarik yang dihadirkan melalui media digital adalah cara mereka berkenalan dengan konsumen.
Konten yang dimaksud bukan soal iklan produk, tapi video di Instagram maupun siniar (podcast) yang relevan dengan kehidupan di rumah saja. Pingkan mengatakan, mereka mengundang narasumber dari berbagai bidang untuk berbagi informasi bermanfaat yang bisa diterapkan di rumah.
Baca juga: Gesit beradaptasi, cara industri kosmetik bertahan
Baca juga: Tren kosmetik 2021 dari pelaku usaha hingga pegiat kecantikan
Baca juga: Tinggalkan bibir kering dengan lip cream menghidrasi
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021