Pelaku usaha tour dan travel setuju dengan segala aturan protokol kesehatan dalam berwisata, namun efeknya pasti ada, terutama kenaikan harga tour dan travel

Jambi (ANTARA) - Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia ( ASITA) Jambi memprediksi akan ada kenaikan harga paket tour dan travel pada tahun 2021 ini yang karena dampak penerapan protokol kesehatan.

Ketua ASITA Jambi Ade Dewi mengatakan kenaikan harga paket tour dan travel merupakan dampak dari adanya ketentuan dan aturan protokol kesehatan bidang pariwisata.

“Pelaku usaha tour dan travel setuju dengan segala aturan protokol kesehatan dalam berwisata, namun efeknya pasti ada, terutama kenaikan harga tour dan travel,” kata Ade Dewi , Senin 15 Maret 2021.

Ade menjelaskan kenaikan ini dipicu dengan keterbatasan kapasitas atau daya tampung pelancong. Misalnya, kata dia, saja keterisian di kamar hotel yang jumlahnya dibatasi atau tingkat kapasitas penumpang kendaraan yang juga dibatasi, sehingga pelancong membutuhkan biaya yang lebih besar lagi ketika travelling.

Baca juga: Peluang baru, paket wisata sekolah dan bekerja dari tempat liburan

“Kalau kami menyebutnya ini menjadi lebih private atau harga sultan,” sebutnya.

Meski diprediksi mengalami kenaikan, tapi ASITA memastikan bahwa kenaikan ini akan sebanding dengan kenyamanan yang akan didapatkan wisatawan, di mana pelancong tidak perlu lagi merasa was-was berpergian di tengah pandemi.

ASITA Jambi sendiri belum memastikan berapa kenaikan tarif yang akan terjadi, pasalnya hal ini masih memperhitungkan situasi dan kondisi.

“Bisa saja nanti kalau pelancongnya satu keluarga ada aturan yang beda, tapi sejauh ini kami prediksi kalau untuk korporasi harganya pasti beda,” jelasnya.

Baca juga: Permintaan paket wisata NTT dari mancanegara mulai masuk

Sampai saat ini dikatakan Ade sudah terlihat adanya permintaan pasar akan paket tour dan wisata. Kenaikan sudah terjadi sekitar 20 persen jika dilihat dari masa awal pandemi.

Ade menjelaskan, sebetulnya tiap-tiap daerah memiliki aturan tersendiri. Meski sudah ada beberapa yang mengantongi sertifikat CHSE dari kementerian, namun sejauh ini masih ditemukan aturan sendiri dari masing-masing daerah.

“Biasanya begitu ada aturan daerah masing-masing, misal mereka menerapkan rapid sebelum masuk wilayah mereka. Kalau ada aturan seperti ini tentu nambah biaya lagi, ini juga yang menyebabkan kita susah jual paket wisata,” tambahnya.

Baca juga: Asita: Pesanan paket wisata di Yogyakarta capai titik terendah

Pewarta: Syarif Abdullah dan Tuyani
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021