Jika Fed tidak mengatasi masalah imbal hasil, maka dorongan menuju dolar yang lebih kuat akan mulai mendapatkan pijakan
New York (ANTARA) - Dolar menguat untuk sesi ketiga beruntun pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena para pedagang memangkas taruhan bearish mereka pada greenback ke posisi terendah empat bulan di tengah kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS dan meningkatnya kehati-hatian menjelang pertemuan kebijakan Federal Reserve pekan ini.
Selain Fed, bank sentral Inggris (BoE) dan bank sentral Jepang (BoJ) juga akan menggelar pertemuan kebijakan minggu ini dan ketiganya kemungkinan akan menentukan arah pergerakan suku bunga global.
Namun, imbal hasil obligasi pemerintah AS turun pada Senin (15/3/2021) sejalan dengan Eropa, menjelang pertemuan bank-bank sentral mereka. Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan diperdagangkan setinggi 1,639 persen, mendekati puncak Jumat (12/3/2021)1,642 persen, level yang terakhir terlihat pada Februari 2020. Imbal hasil terakhir di 1,61 persen.
“Pasar dalam pola bertahan menunggu pertemuan FOMC (Federal Open Market Committee) minggu ini. Sebagian besar dari itu melibatkan pertanyaan tentang apakah Fed akan berbicara tentang kurva imbal hasil atau apakah mereka akan membahas kenaikan imbal hasil jangka panjang,” kata Amo Sahota, direktur eksekutif di Klarity FX di San Francisco.
Kenaikan dalam greenback lebih menonjol terhadap mata uang berimbal hasil rendah seperti euro dan pound Inggris, sementara mata uang berimbal hasil tinggi seperti dolar Australia bernasib relatif lebih baik.
Meningkatnya imbal hasil AS telah mengangkat greenback 2,0 persen sepanjang tahun ini berkat perbedaan suku bunga yang melebar relatif terhadap pasar obligasi utama lainnya. Dolar turun lebih dari 4,0 persen pada kuartal terakhir tahun lalu.
Dalam perdagangan sore, indeks dolar, yang melacak mata uang AS terhadap enam mata uang utama saingannya, naik 0,1 persen menjadi 91,799. Indeks mencapai tertinggi akhir November 2020 di 92,51 minggu lalu.
Mata uang AS telah didukung oleh menurunnya spekulasi untuk pelemahannya, dengan para spekulan memotong net short positions ke level terendah sejak pertengahan November di pekan yang berakhir pada 9 Maret.
Meningkatnya imbal hasil obligasi akan terus menjadi fokus perhatian minggu ini sebelum pertemuan Fed di mana beberapa analis memperkirakan pembuat kebijakan akan memberikan nada optimis tentang ekonomi AS.
Meskipun ada beberapa ekspektasi bahwa Fed mungkin mencoba menenangkan pasar obligasi - imbal hasil telah meningkat sekitar 60 basis poin sejak pertemuan Fed terakhir - pandangan konsensus adalah bahwa Ketua Fed Jerome Powell tidak akan membuat perubahan pada kebijakan.
“Jika Fed tidak mengatasi masalah imbal hasil, maka dorongan menuju dolar yang lebih kuat akan mulai mendapatkan pijakan, yang berbeda dari apa yang diharapkan kebanyakan orang pada awal tahun,” kata Sahota dari Klarity.
Dolar naik 0,1 persen terhadap yen menjadi 109,15, setelah sebelumnya menguat menjadi 109,36 yen, tertinggi sejak Juni 2020.
Euro melemah 0,2 persen menjadi 1,1926 dolar AS setelah naik minggu lalu untuk pertama kalinya dalam tiga pekan karena data terbaru menunjukkan hedge fund memangkas net positions euro mereka.
Dolar Australia - dipandang secara luas sebagai proksi likuid untuk selera risiko - turun 0,1 persen menjadi 0,7750 dolar AS, memperpanjang kerugian akhir pekan lalu.
Sementara itu, bitcoin anjlok lebih dari 5,0 persen setelah melonjak ke rekor tertinggi 61.781,83 dolar AS selama akhir pekan. Terakhir turun pada 56.046 dolar AS.
Baca juga: Dolar kian menguat, terkerek lonjakan baru imbal hasil obligasi AS
Baca juga: Dolar di terendah satu minggu saat optimisme angkat aset berisiko
Baca juga: Imbal hasil obligasi AS berkurang, harga emas terangkat 9,4 dolar
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021