Kontribusi ini bisa mendorong pendapatan signifikan PT Timah yang tidak hanya bergerak pada pertambangan timah dan non-timah, tetapi juga mulai merambah ke sektor batu bara

Jakarta (ANTARA) - PT Timah Tbk (Persero) menargetkan produksi perdana batu bara kalori tinggi sekitar 500-750 ribu ton pada 2021, melalui tambang yang dikelola anak perusahannya PT Tanjung Alam Jaya di Kalimantan Selatan.

"Kontribusi ini bisa mendorong pendapatan signifikan PT Timah yang tidak hanya bergerak pada pertambangan timah dan non-timah, tetapi juga mulai merambah ke sektor batu bara," kata Direktur Keuangan PT Timah Wibisono di Jakarta, Senin.ti

Sumberdaya batu bara yang dikelola memiliki kalori tinggi atau 6.200 kkal per kilogram yang ditujukan untuk pasar ekspor yakni China, Vietnam, dan Filipina.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan tahun 2020, rugi bersih emiten pelat merah berkode TINS ini mencapai Rp340,60 miliar, angka rugi bersih ini turun bila dibandingkan capaian tahun sebelumnya senilai Rp611,28 miliar.

Baca juga: PT Timah targetkan pembangunan smelter rampung akhir 2021

Selain itu pendapatan perusahaan tahun lalu juga turun sebesar 21,33 persen menjadi Rp15,21 triliun akibat penurunan harga komoditas akibat dampak pandemi COVID-19. Sementara itu, pada 2019 pendapatan PT Timah tercatat sebesar Rp19,34 trilun.

Melalui ekspansi produksi batu bara, perusahaan menargetkan kinerja laba positif untuk tahun ini mengingat pasar batu bara kalori tinggi cenderung stabil dan banyak diminati konsumen karena lebih efisien.

Dalam sepekan terakhir, harga batu bara sprint menembus level psikologis 90 dolar AS per ton. Secara rata-rata, harga batu bara tahun ini lebih mahal ketimbang periode yang sama tahun lalu, karena pergerakan harga batu bara dipengaruhi sentimen dan fundamental.

"Kami memasok batu bara kalori tinggi untuk pasar ekspor. Harga batu bara yang terus naik diharapkan mampu meningkatkan laba perusahaan ke depannya," kata Wibisono.

Baca juga: Mind ID prihatin dengan industri timah nasional

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021