Jakarta (ANTARA) - Tenaga kesehatan muda yang tergabung dalam Pencerah Nusantara berupaya menghilangkan stigma masyarakat takut COVID-19 dengan program survelians berbasis masyarakat.
Ketua Pencerah Nusantara COVID-19, Deni Frayoga sempat menemui kendala di mana masyarakat enggan menemui petugas tracing COVID-19 puskesmas, dikarenakan stigma negatif takut tertular dari petugas medis.
"Kita melihat ada stigma. Misal, kalau petugas lagi tracing, ditutup teleponnya, atau pas ketemu di rumah ditutup gerbangnya. Jadi ini harus ada keterlibatan masyarakat," ujar Deni di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Pencerah Nusantara COVID-19 catatkan tingkat pelacakan dua kali lipat
Rupanya, warga yang dicurigai sebagai suspek takut divonis terpapar COVID-19 maupun takut ke puskesmas, karena ada penyakit batuk.
Sehingga, dengan adanya tenaga kesehatan muda yang membentuk kader kesehatan berbasis masyarakat, Deni menilai hal tersebut membuat masyarakat menjadi nyaman dan mau memberikan informasi kesehatannya.
Dampaknya membuat pelaporan suspek COVID-19 menjadi lebih mudah, dapat dilakukan penindakan segera dengan tes usap PCR , sehingga jumlah pengetesan meningkat.
"Jika dulu tracing misalnya ada yang terpapar, hanya tracing satu rumah saja. Sekarang dengan adanya kader jadi ketahuan orang itu kemana aja, ketemu siapa aja, jadi berkembang tracing bukan ke lapis keluarga tapi sosial," ujar dia.
Baca juga: Pencerah Nusantara buktikan tingkatkan kesehatan primer di Indonesia
Tak hanya itu, pelatihan kader masyarakat membuat edukasi protokol keseharan menjadi lebih mudah melalui rumah ke rumah. Edukasi tersebut mengutamakan keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan komorbid, ibu hamil dan lansia.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Puskesmas Cigondewah Dwi Nur Hayati menyebut keberadaan tenaga kesehatan muda dalam Pencerah Nusantara COVID-19 memberikan solusi edukasi berbasis kearifan lokal.
Hal tersebut, kata dia, membuktikan salah satu peran mereka dalam perkuatan peran fasilitas kesehatan terkecil dari masyarakat itu.
"Tim Pencerah Nusantara membuat poster bahasa Sunda, dengan kearifan lokal, tim bisa mengakomodir untuk mengurangi stigma. Sehingga sedikit demi sedikit masyarakat familiar dan tidak takut kata-kata COVID-19," ujar dia.
Baca juga: Gandeng anak muda aktif berkegiatan positif
Menanggapi hal tersebut, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Akmal Taher menilai program tersebut menjadi salah satu harapan mengentaskan diri dari pandemi jika dapat direplikasi dan diterapkan ke seluruh puskesmas.
"Adalah salah satu tantangan kalau bisa direplikasi, ada satu kata di situ agar program tersebut supaya sustain (berkelanjutan), Pencerah Nusantara bersama teman-teman di puskesmas harus di-maintain (dipertahankan). Teman di puskesmas dan kader juga harus didukung," kata dia.
Baca juga: Bintan mulai vaksinasi pekerja wisata jelang pintu masuk wisman dibuka
Pencerah Nusantara COVID-19 berbasis 13 tenaga kesehatan muda profesional yang mengabdi untuk perkuatan delapan Puskesmas di Jakarta Utara dan Bandung. Periode pengabdian dilakukan selama delapan bulan di masa pandemi ini.
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2021