Jakarta (ANTARA) - Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek)/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendukung lahirnya berbagai inovasi dan teknologi untuk mewujudkan ekonomi sirkular atau ekonomi hijau demi pembangunan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan.
"Kita tidak bisa hanya memakai teknologi yang eksis teknologi yang memang didedikasikan hanya untuk menghilangkan dampaknya kita harus kemudian mendorong inovasi agar penerapan ekonomi sirkular ini benar-benar bisa tidak hanya menghilangkan sampahnya tapi juga memberi manfaat kepada masyarakat," kata Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala BRIN Bambang PS Brodjonegoro dalam seminar virtual Inovasi Ekonomi Sirkular dan Produk Inovasi Biokonversi, Jakarta, Jumat.
Menristek menuturkan pemanfaatan inovasi dan teknologi dapat menjawab masalah bangsa untuk memberikan alternatif terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi, diantaranya terkait pengolahan limbah atau sampah yakni mengubah sampah atau limbah menjadi energi, atau limbah menjadi bentuk lain seperti pupuk organik hayati cair atau biokonversi sebagaimana yang dikembangkan dan dihasilkan PT Bio Konversi Indonesia.
Pada kesempatan itu, Sekretaris Kemristek/Sekretaris Utama BRIN Mego Pinandito menuturkan diperlukan adanya satu gerakan untuk mendorong kegiatan riset dan inovasi dalam konteks pengembangan teknologi sehingga ekonomi sirkular dan manfaatnya dapat direalisasikan di Indonesia.
Baca juga: Kemristek perkuat komersialisasi produk inovasi melalui e-katalog
Baca juga: Kemristek fokus bangun ekosistem riset dan inovasi 2021
"Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional sangat mendukung kegiatan riset dan inovasi ekonomi sirkular yang melahirkan alternatif kebutuhan masyarakat Indonesia yang tentunya saat ini sudah dan terus akan kita lanjutkan," kata Mego.
Menurut Mego, pengolahan sampah bisa dikategorikan sebagai ekonomi sirkular yaitu proses produksi yang tidak pernah berhenti dan mengupayakan seluruh sampah itu berubah menjadi satu bentuk lain.
Mego menuturkan penggunaan pupuk kimia sampai saat ini mungkin cenderung berlebih, sehingga bisa mulai dikombinasikan dengan pupuk organik hayati yang dihasilkan dari sampah.
Menurut Mego, penggunaan pupuk organik hayati ternyata berperan besar untuk ketahanan pangan dengan menghasilkan tanaman yang subur dan sumber makanan bergizi, yang nantinya diharapkan dapat berkontribusi di dalam konteks penanggulangan masalah yang lebih besar misalnya masalah kekerdilan (stunting) atau kekurangan gizi kronis.
Baca juga: Kemristek fokus penguatan SDM dan infrastruktur inovasi nasional
Baca juga: Kemristek perkenalkan 27 produk Bakti Inovasi untuk difusi teknologi
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021