New York (ANTARA) - Harga minyak sedikit menguat pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), ditopang perkiraan optimis atas pemulihan ekonomi global dan anjloknya persediaan bensin Amerika Serikat, tetapi kenaikannya dibatasi oleh lonjakan persediaan minyak mentah setelah badai musim dingin di Texas bulan lalu.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei naik 38 sen atau 0,6 persen, menjadi ditutup pada 67,90 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman April bertambah 43 sen atau 0,7 persen, menjadi menetap pada 64,44 dolar AS per barel.
Stok bensin AS turun 11,9 juta barel pekan lalu dan sulingan, yang mencakup solar dan minyak pemanas, turun 5,5 juta barel, kata Badan Informasi Energi AS (EIA), lebih tajam dari ekspektasi para analis dalam jajak pendapat Reuters untuk masing-masing penurunan 3,5 juta barel.
Baca juga: Minyak terpuruk jelang laporan persediaan AS, Brent jadi 67,52 dolar
Namun, persediaan minyak mentah AS melonjak 13,8 juta barel minggu lalu, jauh melebihi perkiraan untuk kenaikan 816.000 barel, karena industri-industri minyak negara itu terus merasakan efek dari badai musim dingin pertengahan Februari yang menghentikan penyulingan dan memaksa produksi tutup di Texas.
"Produksi telah pulih kembali ke tingkat sebelum badai sementara kilang-kilang berusaha keras untuk pulih," kata Matt Smith, direktur riset komoditas di ClipperData.
Ekonomi global yang dilanda pandemi akan pulih dengan pertumbuhan 5,6 persen tahun ini dan berkembang 4,0 persen tahun depan, Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) mengatakan dalam prospek ekonomi sementara. Perkiraan sebelumnya adalah pertumbuhan 4,2 persen untuk tahun ini.
“Ketika berbicara tentang mengangkat sentimen pasar, sangat sedikit yang dapat menyaingi peningkatan pemulihan ekonomi pasca-COVID,” kata Stephen Brennock dari perusahaan pialang PVM.
Baca juga: Minyak melonjak capai level tertinggi, setelah OPEC+ tahan pasokan
Harga minyak terus menguat selama beberapa bulan karena OPEC+, yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, mempertahankan pembatasan pasokan. Setelah sempat menyentuh 70 dolar AS per barel awal pekan ini, minyak mentah Brent telah turun tipis.
Harga minyak telah melihat momentum yang kuat baru-baru ini, terutama setelah keputusan mengejutkan OPEC+ pada Kamis lalu (4/3/2021) untuk memperpanjang sebagian besar pengurangan produksi hingga April. OPEC+ setuju pekan lalu untuk sebagian besar mempertahankan pengurangan produksi pada April.
Menteri luar negeri Arab Saudi mengatakan bahwa kerajaan itu dan Rusia menginginkan harga minyak yang adil dan akan melanjutkan kerja sama mereka dalam kerangka kerja kelompok OPEC+.
Namun, para analis mengatakan lonjakan harga minyak itu sendiri akan menimbulkan risiko bagi kinerja harga jangka menengah.
"Untuk satu hal, itu bisa mengerem pertumbuhan permintaan, terutama di negara-negara berkembang," kata Eugen Weinberg, analis energi di Commerzbank Research, dalam sebuah catatan Rabu (10/3/2021). "Dan di sisi lain, produksi non-OPEC akan meningkat lebih tajam dari perkiraan," tambahnya.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021