Jumlah besar yang dihabiskan untuk pengujian dan sistem pelacakan Inggris dan dampaknya yang terbatas telah menuai kritik, dengan politisi oposisi menyerukan agar sistem itu dijalankan oleh layanan kesehatan yang dikelola negara.
Komite Akun Publik mengatakan bahwa (sistem) Uji dan Lacak telah menelan biaya 23 miliar pound (Rp460 triliun) sejauh ini, tetapi belum mencapai tujuan utama untuk menghindari siklus penguncian nasional.
"Meskipun sumber daya yang tak terbayangkan dilemparkan pada proyek ini, Uji dan Lacak tidak dapat menunjukkan perbedaan terukur terhadap kemajuan pandemi," kata ketua komite, anggota parlemen dari Partai Buruh yang beroposisi, Meg Hillier.
"Janji yang membenarkan pengeluaran besar ini - menghindari penguncian lagi telah dilanggar, dua kali. "
Laporan komite mengatakan bahwa Uji dan Lacak terlalu bergantung pada kontraktor yang mahal. Konsultan yang mengerjakan sistem itu menghabiskan biaya 1.000 pound ( Rp20 juta) sehari.
Perdana Menteri Boris Johnson tahun lalu menjanjikan sistem pengujian dan pelacakan yang mengatasi (problem) dunia sebagai bagian dari jalan keluar dari pandemi, meskipun perhatian kini telah dialihkan ke peluncuran vaksin.
Dia telah menyusun rencana untuk rute yang hati-hati tetapi tidak dapat diubah dari penguncian nasional ketiga yang dimulai pada 5 Januari, berdasarkan tujuan untuk memberi semua orang dosis pertama vaksin COVID-19 pada akhir Juli, serta pengujian yang lebih teratur.
Penasihat ilmiah tahun lalu mengatakan sistem Uji dan Lacak tidak secara signifikan mengurangi penyebaran virus corona. Inggris kemudian memasuki karantina wilayah kedua di musim gugur.
Ditanya tentang dampak sistem itu saat ini, Kepala Penasihat Ilmiah Patrick Vallance pada Selasa mengatakan bahwa sistem pengujian itu saat ini baik, dan meskipun program pengujian dan penelusuran bekerja kurang baik ketika tingkat infeksi tinggi, sistem itu akan menjadi semakin penting di bulan-bulan mendatang.
Sumber: Reuters
Baca juga: PM Inggris pertahankan sistem uji dan lacak untuk tangani COVID-19
Baca juga: Inggris akan luncurkan tes massal baru COVID-19 di Liverpool
Baca juga: Uji sel T untuk vaksin COVID-19, Inggris gandeng perusahaan Oxford
Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021