Jakarta (ANTARA) - Banyak orang ingin memiliki kulit yang sehat namun caranya kadang salah. Jalan pintas dengan hasil instan pun dipilih, belum lagi jika harganya terlalu murah, tidak berizin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan tidak berlabel halal. Kulitpun menjadi rusak.
"Krim abal-abal itu dalam asumsi saya mengandung logam berat, merkuri. Mudah-mudahan belum muncul efek serius. Jika kita tahu mengandung merkuri, harus segera dihentikan," kata dr. Fatimah Zahra, M.Biomed AAM dalam siaran resmi Sheima, ditulis Rabu.
Dokter Fatimah menambahkan, semakin lama dipakai produk mengandung merkuri akan semakin menumpuk di jaringan kulit dan perlu waktu lama hingga tahunan untuk menghilangkannya.
Meski demikian, ada solusi yang diberikannya. Yang pertama adalah mengonsumsi antioksidan yang tinggi.
Baca juga: Cantik saat pakai masker, riasan mata jadi fokus
Baca juga: Marak produk tiruan, pencinta kecantikan diminta lebih teliti
"Supaya logam berat tidak berefek lama karena mengendap di ginjal, juga harus disertai minum air putih yang banyak. Jangan lupa diet sehat, konsumsi makanan dengan banyak serat, dan menjalani gaya hidup yangs sehat," katanya.
Dia juga menyarankan untuk memilih produk kecantikan yang sudah berizin BPOM, berlabel halal, dan konsultasi ke dokter kulit atau dokter kecantikan.
Dalam memilih kosmetik, dia menyarankan untuk mencari produk yang menyehatkan kulit, bukan sekadar menawarkan kulit putih dan bersinar.
"Kalau diartikan putih tetapi tidak sesuai dengan warna kulit di bagian tubuh lainnya kan jadi lucu. Wajah itu ada rona-ronanya, ada rumusnya seperti yang ada di Fitzpatrick. Nggak mungkin kan wajahnya putih mengilap sementara leher dan tangannya hitam, itu nggak bagus," katanya.
Dari referensi yang pernah dibacanya, memang banyak perempuan Indonesia ingin memiliki kulit yang putih. "Mereka sebenarnya korban iklan. Di Indonesia kulit putih digadang-gadang lebih cantik, padahal jelas kulit Indonesia, dan Asia Tenggara berbeda-beda. Ada suku tertentu yang berkulit putih, tapi tidak semua. Kita berkulit gradasi, putih sampai sawo matang."
Bombardir iklan yang mengeneralisir bahwa cantik itu jika kulitnya putih juga dikritisinya. "Sebaiknya produsen kosmetik juga harus bijaksana. Jangan beriklan dan membentuk mindset bahwa kulit putih itu cantik, tetap lebih kepada kulit sehat."
Baca juga: Pandemi lahirkan kosmetik lokal dengan kandungan antibakteri
Baca juga: Produk kecantikan yang laris manis saat pandemi
Baca juga: Kemenperin: Produksi sabun naik, dongkrak industri kosmetik tumbuh
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021