upayakan pengujiannya bisa dilakukan di Sumsel
Palembang (ANTARA) - Dinas Kesehatan Sumatera Selatan melakukan tes usap kepada sekitar 20 orang kontak erat dari kasus pertama Corona B117 di Kota Palembang untuk mendeteksi penyebaran varian mutasi COVID-19 tersebut.
"Hari ini sudah diambil 'swab'-nya (sampel usap), jika ternyata ada yang positif B117 maka akan dikembangkan lagi kontaknya," kata Kasi Surveilans dan Imunisasi Dinkes Sumsel Yusri di Palembang, Selasa.
Dia mengatakan kasus pertama B117 di Sumsel yang diumumkan Menteri Kesehatan pada Senin (8/3) merupakan warga di Kota Palembang berusia sekitar 40 tahun yang terdeteksi pada Februari 2021.
Kasus kasus tersebut mengalami gejala meriang, pusing, dan batuk pada Januari 2021 serta sudah dinyatakan sembuh.
Berdasarkan pemeriksaan intensif, kata dia, kasus itu tidak terdeteksi melakukan perjalanan ke luar Sumsel sebelum positif B117, pihaknya menduga kasus B117 tertular dari orang yang melakukan perjalanan.
Kondisi tersebut menyulitkan Dinkes Sumsel karena terdapat kontak-kontak yang tidak bersedia dites usap akibat jeda waktu yang sudah terlalu lama.
Baca juga: Satgas: Corona B117 yang ditemukan di Indonesia sudah teratasi
Sementara meski sudah ditemukan kasus B117, Dinkes Sumsel menyatakan penanganan kasusnya sama dengan penanganan COVID-19, pencegahan tetap mengandalkan 3T (tracing, testing, treatment)
"Masyarakat juga tidak perlu panik, yang penting protokol kesehatannya tetap diterapkan karena pintu masuk penularannya sama seperti COVID-19 yaitu lewat mulut, mata dan hidung," kata Yusri.
Pakar Biomolekuler Universitas Sriwijaya Prof Yuwono menilai Dinkes Sumsel perlu meningkatkan intensitas pelacakan kontak erat dan tes usap B117 karena diduga varian virus itu memililki tingkat penularan lebih cepat dari COVID-19.
"Jika biasanya kontak erat COVID-19 ada 20 orang maka untuk B117 perlu 40 orang, upayakan pengujiannya bisa dilakukan di Sumsel," kata dia.
Ia juga meminta masyarakat tidak perlu khawatir karena analisa tingkat penularan yang lebih cepat itu baru dugaan para ahli, karena belum ada bukti ilmiah mutasi B117 memiliki daya tular lebih tinggi dari COVID-19.
"Namun upaya pencegahan harus tetap ditingkatkan," katanya.
Selain itu, ia mengingatkan jika virus B117 tidak dapat didiagnosa hanya dari gejala-gejala tertentu karena keabsahan positifnya B117 harus berdasarkan hasil tes usap yang lebih valid.
Baca juga: Menkes: Ada tambahan empat kasus terkonfirmasi varian B117
Baca juga: Kemenkes: Empat pasien yang terserang corona B117 tak bergejala berat
Baca juga: Epidemiolog UGM: B117 tidak memerlukan perubahan pengendalian COVID-19
Pewarta: Aziz Munajar
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021