Apa yang akan menentukan hasil hari ini adalah keseimbangan antara pembelian untuk perdagangan reflasi dan penjualan (saham) teknologi
New York (ANTARA) - Saham-saham Asia diprediksi akan menguat pada perdagangan Selasa, sebagian besar dibantu oleh prospek pemulihan global dan pengesahan rancangan undang-undang stimulus AS sebesar 1,9 triliun dolar AS, mengguncang sesi Wall Street yang beragam setelah penurunan besar pada saham teknologi.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan pada Senin (8/3/2021) bahwa paket bantuan virus corona Presiden Joe Biden akan menyediakan cukup sumber daya untuk mendorong pemulihan ekonomi AS yang "sangat kuat", dan mencatat "ada alat-alat" untuk menangani inflasi.
Terlepas dari isyarat positif, investor tetap berkonflik mengenai apakah stimulus akan membantu pertumbuhan global pulih lebih cepat dari penurunan COVID-19 atau menyebabkan ekonomi terbesar di dunia menjadi terlalu panas dan menyebabkan inflasi yang tak terkendali.
Meskipun pasar berjangka menunjukkan pembukaan yang lebih tinggi di seluruh Asia, Michael McCarthy, kepala strategi pasar di CMC Markets, mengatakan masih banyak ketidakpastian.
"Apa yang akan menentukan hasil hari ini adalah keseimbangan antara pembelian untuk perdagangan reflasi dan penjualan (saham) teknologi", katanya, dikutip dari Reuters. "Sulit untuk mengatakan apa yang akan paling berpengaruh mengingat kenaikan spektakuler di seluruh Eropa dibandingkan dengan penurunan besar di Nasdaq."
Sektor teknologi dan nama-nama kaya lainnya sangat rentan terhadap kenaikan suku bunga.
Indeks acuan S&P/ASX 200 Australia naik 0,92 persen di awal perdagangan, indeks berjangka Nikkei 225 Jepang naik 0,36 persen, indeks berjangka Hang Seng Hong Kong menguat 0,68 persen dan indeks berjangka E-mini untuk S&P 500 naik 0,55 persen.
Di Wall Street, Dow menguat sementara Nasdaq merosot lebih dari 2,0 persen. Nasdaq menandai penurunan lebih dari 10 persen sejak penutupan tertinggi 12 Februari, mengonfirmasikan koreksi pada nilai indeks.
Indekks Dow Jones Industrial Average naik 0,97 persen, S&P 500 kehilangan 0,54 persen, dan Komposit Nasdaq tergelincir 2,41 persen.
Baca juga: Wall Street ditutup beragam, Nasdaq tergelincir 310,99 poin
Indeks pan-Eropa STOXX 600 terangkat 2,10 persen dan indeks MSCI yang melacak saham-saham di seluruh dunia turun tipis 0,02 persen.
"Jika suku bunga bergerak lebih tinggi karena orang-orang semakin optimis tentang seperti apa pertumbuhan ekonomi, itu masih mendukung harga ekuitas," kata Tom Hainlin, ahli strategi investasi global di Ascent Private Wealth Group Bank Wealth Management di Minneapolis.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS naik karena investor terus memperkirakan inflasi yang lebih tinggi dan prospek ekonomi AS yang lebih optimis ketika muncul dari pandemi virus corona.
Imbal hasil obligasi AS 10-tahun yang menjadi acuan naik menjadi 1,6029 persen, dari 1,594 persen pada Senin sore (8/3/2021).
Data ekonomi AS juga menunjukkan pemulihan berkelanjutan, saat Departemen Perdagangan mengatakan persediaan grosir meningkat dengan kuat pada Januari meskipun terjadi lonjakan penjualan, menunjukkan investasi persediaan dapat kembali berkontribusi pada pertumbuhan di kuartal pertama.
Di pasar valuta asing, indeks dolar mencapai level tertinggi tiga setengah bulan, naik 0,523 persen, dengan euro naik 0,06 persen menjadi 1,185 dolar.
Baca juga: Dolar tertinggi 3,5 bulan, terangkat kenaikan imbal hasil obligasi
Harga minyak menetap lebih rendah, mundur dari puncak sesi di atas 70 dolar AS per barel setelah serangan terhadap fasilitas minyak di Arab Saudi mengangkat harga setinggi itu untuk pertama kalinya sejak pandemi COVID-19 dimulai.
Minyak mentah berjangka AS turun 1,04 dolar AS atau 1,57 persen menjadi 65,05 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka Brent ditutup pada 68,24 dolar AS per barel, turun 1,12 dolar AS atau 1,61 persen.
Baca juga: Minyak turun, abaikan serangan ke Saudi setelah naik di atas 70 dolar
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021