Untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade, angka inflasi dan lelang obligasi pemerintah akan mulai menjadi masalah
New York (ANTARA) - Dolar AS mencapai tertinggi 3,5 bulan terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), di tengah ekspektasi pertumbuhan ekonomi AS yang kuat dan kenaikan inflasi, yang juga mengirim imbal hasil (yields) obligasi pemerintah AS lebih tinggi, meningkatkan daya tarik mata uang safe-haven greenback.
Setelah jatuh 4,0 persen pada kuartal terakhir tahun lalu, dolar telah menguat hampir 2,5 persen sejauh tahun ini karena investor memperkirakan kenaikan luas dalam imbal hasil obligasi pemerintah AS akan membebani penilaian ekuitas dan mendorong permintaan terhadap mata uang AS.
"Jika kami terus melihat imbal hasil naik, itu akan menjadi sangat positif bagi dolar dan jika tidak ada yang benar-benar menghalangi," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA di New York.
Baca juga: Minyak turun, abaikan serangan ke Saudi setelah naik di atas 70 dolar
Biasanya, imbal hasil yang meningkat adalah bullish untuk dolar, sementara imbal hasil yang jatuh adalah bearish untuk dolar
Angka pekerjaan AS yang kuat dan persetujuan Senat atas paket pemulihan sebesar 1,9 triliun dolar AS dari Presiden Joe Biden juga mendukung dolar.
"Pasar tenaga kerja AS pulih dengan cepat, paket bantuan besar Presiden Biden telah disetujui oleh Senat, dan Amerika telah meningkatkan permainan imunisasinya, mengelola jumlah vaksin yang mencapai rekor akhir pekan ini," kata Marios Hadjikyriacos, seorang analis investasi di XM, dikutip dari Reuters.
Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo pada Senin (8/3/2021) mengatakan dolar yang kuat "baik untuk Amerika" dan menolak seruan untuk melemahnya greenback.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS berada dalam jarak yang sangat dekat dari tertinggi satu tahun di atas 1,62 persen yang dicapai pada Jumat (5/3/2021), kontras dengan imbal hasil obligasi Jerman, yang merosot hampir lima basis poin minggu lalu, menarik euro ke level terendah empat bulan di bawah 1,19 dolar AS.
Indeks dolar AS naik 0,53 persen pada 92,38 terhadap sekeranjang enam mata uang utama saingannya, level tertinggi sejak 24 November.
Indeks mata uang pasar berkembang MSCI kehilangan 0,8 persen untuk penurunan harian terbesar sejak pandemi mengguncang pasar pada Maret 2020. Indeks merosot ke level terendah tiga bulan di bawah 1.700 poin.
Dengan volatilitas dalam valuta asing, data Indeks Harga Konsumen yang akan keluar pada Rabu (10/3/2021) dan data Indeks Harga Produsen yang akan dirilis pada Jumat (12/3/2021) akan diawasi dengan ketat, seperti halnya lelang Obligasi AS 10 tahun dan 30 tahun masing-masing pada Rabu (10/3/2021) dan Jumat (12/3/2021).
"Untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade, angka inflasi dan lelang obligasi pemerintah akan mulai menjadi masalah," kata Boris Schlossberg, direktur pelaksana strategi valas di BK Asset Management.
"Jika data tidak sekuat yang diperkirakan pasar, maka saya kira kita mungkin akan mengalami sedikit kemunduran dolar," katanya.
Dolar bertahan di level tertinggi sembilan bulan terhadap yen, di 108,875 yen, dan mendekati level tertinggi satu bulan terhadap pound Inggris, di 1,3839 dolar AS.
Baca juga: Emas anjlok lagi 20,5 dolar tertekan dolar dan imbal hasil obligasi AS
Baca juga: Dolar menguat tajam, terdongkrak prospek ekonomi dan obligasi AS
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021