Pada awalnya, kami mengekspor sekitar 3.000 hingga 4.000 unit per bulan. Namun saat pandemi, permintaan justru meningkat menjadi 12.000 unit per bulan...Yogyakarta (ANTARA) - Sejak pertama kali mengekspor fitting lampu downlight untuk salah satu produsen elektronik asal Jepang pada 2019, permintaan ke UPT Logam Yogyakarta terus meningkat bahkan menyebabkan badan layanan umum daerah tersebut kewalahan memenuhi permintaan.
“Pada awalnya, kami mengekspor sekitar 3.000 hingga 4.000 unit per bulan. Namun saat pandemi, permintaan justru meningkat menjadi 12.000 unit per bulan. Ini yang membuat kami kewalahan,” kata Kepala UPT Logam Yogyakarta Nafiul Minan di Yogyakarta, Minggu.
Ekspor produk fitting lampu ke Jepang dari UPT Logam Yogyakarta tersebut merupakan hasil kerja sama dengan PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri (YPTI).
Baca juga: Presiden Jokowi: Indonesia perlu lebih banyak UMKM eksportir
Menurut dia, mesin diecasting yang digunakan untuk mencetak fitting lampu downlight tersebut memiliki kemampuan menghasilkan 36.000 unit fitting lampu per bulan jika mesin dimaksimalkan bekerja selama 24 jam setiap hari.
Namun demikian, proses finishing fitting lampu masih dikerjakan secara manual dengan sumber daya manusia yang terbatas, tujuh orang, sehingga hanya mampu memenuhi permintaan sekitar 3.000 hingga 4.000 unit per bulan.
“Tidak mudah untuk memastikan bahwa tenaga finishing mampu bekerja dengan baik. Pihak Jepang sangat teliti dengan produk yang dihasilkan. Produk harus benar-benar dalam kondisi baik. Sedikit tergores saja pasti dikembalikan,” katanya.
Nafiul mengatakan pernah secara sembarangan mengirim produk fitting lampu tersebut hanya untuk memenuhi jumlah sesuai permintaan. “Tetapi yang terjadi justru banyak produk yang dikembalikan dan kami harus bekerja ulang untuk kemudian mengirim kembali produk tersebut ke Jepang. Biayanya justru lebih banyak,” katanya.
Baca juga: Kemendag ungkap lima strategi dongkrak ekspor nasional
Oleh karenanya, lanjut dia, diperlukan tenaga kerja yang benar-benar terlatih sehingga produk yang dihasilkan pun sempurna. Seluruh tenaga kerja yang kini bekerja untuk proses finishing berasal dari warga di sekitar UPT Logam.
“Kami juga tengah mencoba memberdayakan industri kecil menengah (IKM) di sekitar untuk memenuhi kebutuhan bahan baku berupa ingot,” katanya.
Selama ini, ingot untuk kebutuhan produksi fitting lampu downlight diperoleh dari luar daerah seperti Sidoharjo, Surabaya, dan Bandung.
“Jika IKM lokal bisa menyuplai ingot, akan sangat bagus. Artinya, akan ada banyak keterlibatan masyarakat dan IKM sehingga pemberdayaan masyarakat tercapai. Value added untuk pelaku IKM juga besar. Tidak hanya membuat wajan dan cetakan kue saja. Pihak Jepang, Panasonic, pun mendukung rencana ini,” katanya.
Hanya saja, lanjut dia, pihak Panasonic akan melakukan review secara ketat untuk memastikan kualitas bahan baku tersebut memenuhi standar dan pelaku IKM lokal bisa memasok secara stabil sehingga tidak mengganggu proses produksi.
“Harapannya, hasil review dari pihak Jepang memberikan izin bagi IKM lokal untuk menyuplai bahan baku ingot,” katanya.
Selain fitting lampu downlight, UPT Logam juga mendapat tawaran untuk membuat salah satu bagian dari pompa air.
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021